Beberapa kasus korupsi yang menyeret nama kader dan petinggi PKS beberapa waktu terakhir, tentu menjadikan kita geram, sedih, sekaligus malu. Geram! Geram karena didasari rasa tsiqoh kita kepada qiyadah dan para kader dakwah. Perasaan ini memunculkan keyakinan, bahwa serangkaian kasus yang terjadi belakangan ini, hanya rekayasa musuh - musuh dakwah yang hendak menghancurkannya melalui penghancuran sistematis dari dalam. Sedih! bagaimana tidak sedih, orang - orang terbaik dimana kita menaruh harapan besar kepada mereka, agar bisa berjihad ishlahul hukumah di negeri ini, harus gugur dan tumbang di tengah laga politik yang kian hari kian sadis. Malu! Di mana kita harus meletakkan wajah ini? bagaimana kita harus menjawab perkataan dan persepsi orang, "oh.. ini toh dakwah kalian? Katanya dakwah, kok Korupsi?" Sebenarnya bisa saja kita menjawab pertanyaan - pertanyaan semacam ini, Namun, seberapa besar energi, waktu dan biaya yang harus kita keluarkan untuk mengkounter statemen ini kepada seluruh rakyat indonesia yang sudah terlanjur termakan omongan media?
Mungkin inilah kado terindah yang diberikan oleh Allah kepada para kader dakwah: Penjara! Ya. Mungkin ini adalah sarana Allah untuk mensucikan mereka sebagaimana yang telah terjadi pada para mujahid sebelum mereka. Di belahan bumi yang lain, hal yang sama juga terjadi saat ini. Tidak hanya satu dua orang, ratusan bahkan ribuan telah menempati penjara - penjara para rezim, sebagian lagi bahkan sedang menunggu waktu menuju kesyahidannya di tiang gantungan. Kita tentu yakin seyakin - yakinnya, hukuman yang dijatuhkan kepada mereka bukan karena kesalahan yang mereka perbuat, namun karena kebencian musuh - musuh dakwah pada gerakan dakwah yang semakin melebarkan sayapnya ke ranah - ranah penting di negeri mereka.
Apakah tsiqoh dan yakin saja cukup untuk menghadapi situasi semacam ini?
Tentu tidak wahai ikhwah..
Ketsiqohan dan keyakinan ini kita butuhkan agar tidak ada saling su'udhon sesama ikhwah sekaligus agar tidak ikut jatuh semangat kita dalam melanjutkan roda dakwah ini. Tsiqoh dan yakin ini adalah satu sayap, maka kita membutuhkan satu sayap yang lain agar kita tetap bisa move on dan terbang bersama dakwah menuju cita kita. Sayap itu adalah Muhasabah dan taubatan nashuha. Khawatinya, jika kita hanya mengedepankan tsiqoh dan yakin saja, akan menimbulkan ta'ashub ekstrim sehingga cenderung membabi buta, ujub, dan menganggap paling benar daripada yang lain. Muhasabah dan taubat ini dilakukan agar kita senantiasa merenungi tanda - tanda Tuhan di setiap musibah yang datang. Agar mata hati tetap jernih meihat apakah setiap musibah yang datang adalah ujian bagi para mujahid yang ikhlas? Teguran bagi yang menyimpang? Atau adzab karena kita yang telah mempermainkan dakwah dan ayat - ayat Allah? Na'udzubillah.
Tentu bukan hanya berlaku untuk para qiyadah di atas sana. Semua level sampai dengan kita kader - kader biasa, harus melakukan gerakan muhasabah dan taubat terhadap diri kita masing - masing. Pantaskan kita di sebut sebagai kader dakwah? Di jenak sepi inilah kita melihat setiap sudut dari hati kita sampai dengan menjulangnya bangunan amal kita sehari hari. Kemudian mulai meraba retak retak kecilnya, hingga melihat lubang - lubang besarnya. Di sana pula kita mulai menutup retak kecil dan menambal lubang lubang besar, sampai dengan membangun kembali bagian yang terkoyak dan roboh. Dengan taubat nasuha.
Tsiqoh yang menimbulkan optimisme dan semangat, diiringi taubat yang menimbulkan rendah hati dan kelurusan niat, adalah modal utama dalam menghadapi gelombang besar bahtera dakwah. Ujian adalah masanya untuk menguji kokohnya gerakan sembari waktu untuk melihat apakah ada yang terseok dari bangunannya. Sekaranglah saatnya kita berbenah. Berbenah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan menghidupkan kembali ruh mihrab dan majlis ilmu kita dengan ruh yang baru. Kita isi mihrab kita dengan memaksimalkan ibadah agar ruhnya menyemai menjadi amal kita sehari - hari. Pun begitu dengan majlis ilmu kita, dari yang semula hanya penghias absen rutinan, kita jadikan ia benar - benar penata fikrah dan amal kita sehingga ruhul jadid yang kita dambakan benar - benar nyata adanya. Bukan orang lain. Tapi diri kita masing - masing.
Di saat - saat seperti ini kadang memori dan nostalgia masa awal dakwah hadir menjadi penamabah rasa kecewa kita. Masa - masa awal dengan segala suka dukanya. Dengan segala kemilitanan kadernya. Dengan pengorbanan tangis, harta, bahkan darah dan jiwanya. Melihat kondisi sekarang yang berbeda 180 derajat tentu bisa jadi melunturkan semangat dan ketsiqohan kita kepada jamaah. Kecewa adalah hal yang biasa. Bahkan inilah energi para pecinta. Ya! Kecewa adalah energi yang sangat besar bagi para pecinta untuk berubah. Kecewa adalah salah satu respon saat yang dicintainya tidak sesuai yang diharapkannya. Bedanya, bagi kader dakwah yang ikhlas, kekecewaanya justeru menjadikannya lebih semanagat untuk menjadi yang lebih baik dari yang sebelumnya. Energi cinta inilah yang ia gunakan untuk bergerak dan kembali bergerak menuntaskan agenda - agenda dakwah yang belum rampung.
Diiringi ketsiqohan dan husnudzon yang tulus kepada para qiyadah, kita lantunkan doa kita agar mereka diberikan kekuatan iman dan keteguhan dalam melangkah. Tak lupa selalu kita doakan agar mereka tetap istiqomah dengan tujuan dan cita - cita dakwah, dikuatkan azzamnya untuk menjaga jamaah ini agar tetap berada dalam naungan berkah dari Allah swt. Senantiasa dianugerahi zuhud dan ikhlas. dan diampuni dosa dan kesalahan mereka. Aamiin..
*ditulis dengan cinta.. untuk para kader yang sedang berjuang..!!
Like the Post? Do share with your Friends.