Kedatangan Erdogan ke Indonesia menjadi perbincangan menarik para netizen di dunia maya. Selain posting berita kedatangan berikut agenda - agenda kunjungannya banyak memenuhi jagat media sosial, tak jarang para netizen membuat perbandingan antara presiden Indonesia dengan presiden Turki ini. Olok - olok terhadap Jokowi sebagai presiden Indonesia pun muncul karena pudarnya pesona Jokowi oleh kewibaan maupun kemampuan dan prestasi presiden Erdogan. Bahkan ada juga yang mengandai - andai jika sang Erdogan ini menjadi presiden Indonesia, atau Jokowi yang saat ini memimpin Indonesia berubah menjadi sosok yang mirip dengan Erdogan.
Hmm.. Andai kita punya Erdogan.. Andai anda presiden kami.. Kami mencintaimu Erdogan.. Dan kalimat - kalimat pengandaian lain muncul meramaikan sekaligus mencerminkan kerinduan terhadap sosok pemimpin Indonesia layaknya Erdogan.
Jujur, hal ini juga yang saya rasakan. Itulah pula yang melatarbelakangi tulisan ini muncul. Pengandaian - pengandaian tersebut akhirnya menyadarkan saya, bahwa sebenarnya tak perlu saya memanjangkan angan - angan yang hanya membuang waktu. Saya segera bangun dari dunia pengandaian dan menuliskan tulisan ini. Saya anggap kedatangan Erdogan ini sebagai tamparan yang menyadarkan saya, bahwa Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia sangat layak memiliki pemimpin sebesar Erdogan. Oh, maaf, harus lebih baik dan lebih besar kualitasnya di bandingkan Erdogan. Karena, asal kita tahu, peran Indonesia sudah dinantikan oleh penduduk muslim dunia.
Lantas apa yang harus kita lakukan?
Pertama, adalah memperbaiki diri sendiri dan keluarga kita masing - masing. Yang harus diperbaiki adalah kualitas kita dan keluarga kita. kalau kita menginginkan pemimpin muslim yang kuat, maka kita harus menjadi muslim yang kuat, dan tentu keluarga muslim yang kuat. Bukankah ada kaidah bahwa kualitas pemimpin itu adalah representasi dari kualitas mayoritas rakyatnya? Maka tak perlu lah kita mengolok - ngolok pemimpin kita di media - media umum. Nasehat harus, tapi tanpa harus mengolok - olok dan mengumbar aib bukan? Sekali lagi, seperti apa pemimpin yang kita idamkan, ubah masing - masing dari kita menjadi sepertinya.
Kedua,
please, jangan antipati dengan pemilu. Saya ingin terlepas dari perdebatan klasik haram-halal pemilu dan demokrasi. Pemilu ini adalah sarana paling tepat untuk memilih orang - orang terbaik dan mencegah yang tidak baik memimpin negeri ini. Mungkin saat ini kita masih kesulitan mencari para calon - calon pemimpin yang baik karena minimnya orang baik yang mau maju mengambil peran dalam kepemimpinan. Namun saya memiliki harapan dan firasat bahwa, suatu saat nanti kita juga akan kesulitan memilih pemimpin, karena banyaknya pilihan - pilihan orang yang baik. Setiap pemilu datang,
please, sempatkan berpikir sejenak untuk negeri ini. Renungkan dalam - dalam setiap wajah yang terpampang di baliho - baliho kampanye. Istikhara lah untuk kebaikan negeri ini. Lalu, memilihlah dengan penuh keikhlasan dan pengharapan kepada Allah swt.
Ketiga, ambil peran kepemimpinan di setiap levelnya, dan di manapun posisi kita. Tidak harus menjadi pucuk pimpinan, menjadi bawahan pun kita bisa memainkan peran kepemimpinan kita. Kalau menjadi pimpinan struktural tidak mungkin, kita masih bisa menjadi orang yang mempunyai pesona seorang pemimpin. Intinya adalah menebar jaring - jaring pengaruh. Jujur ini juga berat. Menjadikan diri kita masing - masing berpengaruh adalah tugas yang sangat amat berat. Jika hal ini masih sulit dilakukan, minimal memimpin diri sendiri agar tidak ikut arus dan tetap konsisten dengan tujuan dan prinsip yang kita pegang. kalau kita mempunyai keluarga, minimal pimpinlah keluarga kita menjadi keluarga yang membina generasi pemimpin yang amanah.
Keempat, selalulah berdoa kepada Allah swt, karena idak ada yang berat dan sulit menurut Allah. Pernah suatu ketika saya bertanya kepada seorang sutadz,
"wahai ustadz, bagaimana ini, Calon - calon pemimpin kita dipenuhi oleh orang - orang yang tidak baik!" Jawab sang Ustadz,
"Istighfar akhi! Jangan su-udhon dengan sesama muslim. Lebih - lebih antum suudhon dengan Kemampuan Allah. Jika Allah berkehendak menjadikan pemimpin Indonesia adalah orang yang sholeh. Mudah saja. Tak perlu menunggu 5 tahun lagi. Sekarang juga bisa! Kun Fayakun! Berdoalah akhi untuk kebaikan negeri ini, doakan calon pemimpin kita agar mereka amanah dan mendapat bimbingan dari Allah.."
Terakhir, diujung perenungan dan tulisan saya, tiba - tiba saja muncul sebuah firasat, bahwa akan lahir pemimpin Indonesia sautu saat nanti, yang lebih hebat dari Erdogan dan bisa berpengaruh untuk kebaikan dunia Islam secara umum. InsyaAllah ini bukan angan - angan kosong, apalagi setelah para pembaca mengaminkan apa yang telah saya sebutkan diatas..
Wallahu a'lam bis Showab...
Like the Post? Do share with your Friends.