Perkembangan teknologi terutama dalam bidang IT, kini secara perlahan menggerus arus utama media elektronik televisi. Termasuk dalam hal informasi dan berita, jika beberapa tahun terakhir televisi menjadi rujukan utama masyarakat dalam hal memperoleh berita, kini mereka mulai beralih kepada media online. Efeknya adalah, Jika selama ini sumber - sumber pemberitaan dikuasai oleh stasiun - stasiun televisi, kini seluruh pengguna internet bisa menjadi sumber - sumber berita di jagat maya. Hal itu yang menjadikan satu isu begitu cepatnya merebak dikarenakan masing - masing pengguna media maya memposisikan diri mereka sebagai penyebar berita yang sangat efektif. Medianya bisa beragam, bisa melalui Blog, Web, atau media sosial yang kesemuanya bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Dampak negatifnya, karena berita di dunia maya sedemikian cepatnya menyebar dari satu pengguna ke pengguna lain, maka kebenaran dari isi berita tersebut menjadi sulit untuk dipastikan kebenarannya. Orang yang pertama kali menyebar berita tersebut juga akan sulit untuk dideteksi. Celakanya, sebagian pembaca berita juga tidak mau ambil pusing dengan mengkroscek kebenaran berita tersebut, dari mana asalnya, siapa yang membuat, memenuhi kaidah - kaidah ilmiah jurnalistik atau tidak, pembaca tidak mau tahu. Asal ada berita bagus dan menarik, langsung percaya dan share ke media sosial atau blog pribadi mereka. Jadilah berita tersebar kemana - mana tanpa tahu kebenaran berita tersebut. Pernahkah terfikir, bagaimana jika berita tersebut salah? Bagaimana jika isi pemberitaan tersebut adalah berkaitan dengan pribadi orang, dan dusta isinya? Bukankah itu termasuk fitnah? Ingat balasan bagi para pemfitnah? na'udzubillah..
Fenomena itu sepertinya merata di semua kalangan, tak terkecuali di kalangan aktivis islam sendiri. Bisa dilihat, halaman media sosial yang mereka punyai cenderung banyak berisi tautan - tautan berita yang sumbernya copas sana sini, tanpa ada penelusuran lebih lanjut tentang kebenaran isi berita tersebut dan tanpa menggunakan kaidah - kaidah jurnalistik yang ada. Nah, celakanya berita - berita yang disebar adalah berita tentang kelompok lain yang berbeda. Isinya? Tak perlu ditanya. Membaca judulnya saja bisa berpotensi membuat sakit hati kelompok lain. Tulisan ini saya tujukan untuk diri saya pribadi agar lebih hati - hati dalam menulis berita dan menyebarkannya, juga untuk sahabat - sahabat saya yang sedang sama - sama berjuang menyebarkan nafas kebaikan di dunia maya. Agar lebih hati - hati dalam membuat berita, terutama jika berkaitan dengan perihal saudaranya.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu”. (Al-Hujurat: 6)
Aktivis Islam seharusnya menjadi teladan dalam hal akhlak kepada sesama muslim. Jangan jadikan diri kita menjadi bagian penghancur umat ini. Posisikan diri kita untuk senantiasa menjadi perekat umat yang semakin hari semakin tersekat dengan sekat - sekat harokah dan organisasi. Maka yang bisa kita senantiasa lakukan adalah:
1. Senantiasa membersihkan hati dari sikap hasad kepada sesama muslim. Termasuk terhadap kelompok lain.
2. memupuk sikap husnudzon kepada yang lain.
3. Membiasakan tabayyun di setiap mendengar berita jelek terkait saudaranya
4. Menjauhi ghibah
5. Mengisi media sosial, blog, web dengan isi yang positif dan membangun umat
6. Jika kita tidak suka dengan satu kelompok, doakan mereka dengan doa kebaikan.
Media internet merupakan media amal jariyah yang sangat luar biasa jika kita bisa memanfaatkannya. Bayangkan, jika kita memposting sebuah artikel yang bermanfaat, lalu diikuti oleh banyak orang dan dibaca oleh jutaan orang, bahkan setelah kita meninggal, ia bisa menjadi sebuah amal yang tidak terputus bahkan setelah kita tiada. Sebaliknya, bayangkan jika kita menulis tentang keburukan saudara kita. Lihat, berapa orang yang sudah kita buat asyik dalam ghibahnya? Berapa banyak orang yang kita buat kotor hatinya? Bayangkan jika berita itu disebarkan oleh jutaan orang bahkan setelah kita mati. Na'udzubillah..
Wahai ikhwah, sebenarnya saya sangat sedih sekali karena masih ada beberapa web, blog atau media sosial milik beberapa teman seperjuangan kita yang isinya masih membicarakan aib - aib saudara yang lain. Saya juga menyadari mungkin masih banyak dalam blog ini yang isinya menyakiti hati sebagian pembaca. Maka, saya bertaubat kepada Allah, dan mohon maaf kepada para pembaca. Semoga kita bisa menjadikan media ini sebagai media pencerah, pembangkit, dan pemersatu umat. Aamiin..
Abu Faza Al Hanif
ilustrasi: google
Like the Post? Do share with your Friends.