Bulan ke sembilan datang juga. Ini tandanya perjuangan besar sudah didepan mata. Kami memperbanyak persiapan mental spiritual untuk menghadapi detik - detik perjuangan besar ini. Maklum, ini anak pertama, kami belum berpengalaman menghadapi situasi semacm ini. Takut bercampur bahagia beraduk menjadi satu di dasar alam jiwa dan membentuk awan kegalauan yang menyelimuti hari - hari kami.
(wuizz bahasanya rekk...)
Namun demikian, ketenangan senantiasa datang setiap kami mendekatkan diri kami kepada Allah SWT. Ya, inilah bekal paling besar menghadapi prosesi kelahiran putera kami tercinta. Kami pasrahkan jiwa kami, kepada Dzat Pemilik jiwa, Allah SWT. Persiapan selanjutnya, mungkin persiapan rencana kelahiran di mana. Banyak opsi, mulai Puskesmas, RS pemerintah, atau Rumah sakit Muhammadiyah dan beberapa Bidan saran dari keluarga.
Suatu hari...
"Mas.. Perutku sakit banget mas.." Malam hari sekitar jam 7 malam, istri mengalami sakit yang hebat di perutnya. Kontaksi awal menjadikannya tak kuasa menahan sakit tersebut. Kami bersegera mungkin untuk memeriksakan kondisi tersebut ke Puskesmas Kecamatan yang tempatnya tidak jauh dari rumah kami. 5 menit perjalanan sampailah kami di puskesmas tersebut. Kami disambut oleh beberapa orang petugas jaga yang sedang piket jaga di malam itu. Setidaknya 2 orang perawat menyambut kami. Setelah menanyakan nama, alamat, keluhan, mereka merujuk istri memasuki sebuah ruangan khusus ibu hamil.
"Maaf Pak! Anda tunggu di luar" Ujar salah satu perawat.
Apa yang terjadi di dalam tentu tidak dapat diungkapkan dengan jelas di sini berhubung Aku tidak melihat secara langsung prosesi pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada sang istri tercinta. Aku hanya menunggu sembari harap - harap cemas, kabar apa gerangan yang akan disampaikan setelah ini? Tak lama kemudian, salah satu perawat keluar ruangan dan memberitakan kabar yang sedari tadi ku tunggu.
"Pembukaan 1 pak!" Ujarnya.
"Terus gimana mbak? Kami harus menginap di sini atau gimana?" tanyaku.
"Nggak perlu mas, belikan aja istrinya obat xxx untuk mengeluarkan lotoran di perutnya, agar proses kelahirannya lancar". Kata petugas kesehatan, namun aku lupa nama obatnya apa.
"Iya mbak terima kasih!" Balasku.
Setelah diperiksa, kami pamit pulang kerumah dengan perasaan yang semakin gembira dan bercampur rasa tak percaya, Sebentar lagi si jabang bayi lahir! Obat dari apotik sudah di tangan, kamipun melanjutkan perjalanan untuk kembali pulang.
Pukul 22.00, mata kami tak bisa terpejam. Coba bayangkan, bagaimana kami bisa terpejam sedangkan istri sudah divonis pembukaan 1? Akhirnya kami gunakan waktu itu untuk persiapan persalinan ke Puskesmas tersebut. Kami ambil tas pakaian, kami masukkan ke dalamnya pakaian - pakaian secukupnya serta perlengkapan - perlengkapan lain yang diburtuhkan untuk proses kelahiran nanti. Di malam itu juga kami telepon satu persatu keluarga kami untuk mengabarkan berita gembira bahwa istri akan segera melahirkan. Tak lupa, Aku juga mengajukan cuti beberapa hari dari pekerjaan untuk membantu persalinan sang istri..
Fix, semua sudah siap! Tinggal menunggu waktu saja. Kami pun tidur dengan harapan, besok hari akan indah dan semua berjalan dengan lancar.
Keesokan harinya, kami agak heran karena setelah kontraksi hebat tadi malam, tidak ada lagi kontraksi susulan. Kami pun
browsing di internet mengenai hal tersebut. Ternyata kami dapati memang jarak antara pembukaan 1 dan setelahnya kadang sampai 24 jam, bahkan lebih. OK, kami pun menunggu sampai malam hari, siapa tau nanti malam, pembukaan selanjutnya terjadi. Malam pun datang, kembali tidak ada tanda - tanda yang berarti. Kalau sakit, iya. Tapi tidak sedahsyat kemarin malam. Kami pun menuju ke Puskesmas kembali untuk memeriksakan kondisi kandungan. Dalam pikiran kami bertanya - tanya, sudah pembukaan ke berapa sekarang? Mungkin sudah 2 atau bahkan mungkin 4.
Setelah sampai di ruang periksa, seperti biasa beberapa perawat memeriksa dan aku menunggu di luar ruangan sambil berharap - harap cemas.
"Masih pembukaan 1 pak!" Salah satu petugas keluar dan memberitahuku kondisi terupdate istriku.
"Hah?!! dari kemarin malam masih pembukaan 1? Huh.. penantian ini seolah tak berujung.
Kamipun pulang kembali dengan perasaan yang berbeda dari yang kemarin.
"kalau malam ini tidak ada perubahan, besok kita coba periksa di tempat lain yah..!" Usulku kepada istri.
"Iya mas, siapa tahu salah!" jawab istriku.
Malam ini seperti malam sebelumnya, tidak ada reaksi apapun. Akhirnya besok harinya kami memeriksakan istri ke salah satu bidan senior yang cukup pengalaman, yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal kami. Berharap kami mendapatkan jawaban yang berbeda, plus perlakuan yang lebih baik dari puskesmas sebelumnya. Ternyata benar, kami mendapatkan pernyataan yang berbeda..!
"Belum ada pembukaan mbak!" Jelas sang bidan.
"Hah.. nggak salah bu? 2 hari ini kami periksa di puskesmas katanya sudah pembukaan 1?" Tanyaku tidak percaya.
"Belum ada pak, mungkin ada kesalahan periksa. Kontraksi kemarin mungkin itu kontraksi palsu istilahnya, belum ada pembukaan sampai sejauh ini." Bidan melanjutkan penjelasannya.
Huuft.. Yah.. Sudah
lah kebahagiaan ini mungkin harus ditunda beberapa saat
tak apalah. Akhirnya hari itu kami harus melakukan konfirmasi ulang kepada keluarga kami yang sudah menunggu - nunggu kelahiran. Konfirmasi ulang juga kami kirimkan ke tempat kerja alias batal cuti. Terakhir, kami melakukan konfirmasi pembatalan status facebook yang sudah terklanjur berstatus, "menanti detik - detik kelahiran." Maluuuu..
hehe. Aktivitas kembali seperti biasanya tidak ada yang spesial. Aku bekerja dan istri menghabiskan harinya mengurus rumah.
Hmm.. Kok lama ya..? Kurang lebih 4 hari setelah peristiwa itu memang tidak ada tanda - tanda apapun. Setiap hari kami hanya bisa menunggu. Menunggu. Penantian yang seakan - akan tak berujung.
Hingga suatu pagi setelah sholat subuh, kami mendapati kasur tempat tidur istriku basah. Kami mengkhawatirkan ketuban mengalami kebocoran alias pecah. Tak mau menunggu lama, sekitar setengah 6 pagi kami memutuskan untuk memeriksakan kondisi ini ke salah satu Bidan yang disarankan oleh keluarga, walaupun tempatnya agak jauh. Kata mereka Bidan yang satu ini sudah ahli dan pelayanannya sungguh sangat ramah. Ternyata benar, sesampainya di sana kami disambut dengan senyum yang sangat ramah. Bidan yang sudah terlihat senior ini menyambut kami dan mempersilakan duduk. Mulailah kami menceritakan kronologi mulai dari pembatalan status pembukaan 1 hingga ada rembesan cairan tadi pagi. Diperiksalah istriku di salah satu ruang bersalin. Tidak lama, sekitar 1 menit saja.
"Begini Nak, ketuban dalam kandungan sudah merembes, jadi dalam waktu dekat bayi harus segera dilahirkan, apalagi bulan sudah cukup untuk proses kelahiran." Penjelasan sang bidan dengan nada yang sangat lembut.
"Iya Bu, kami sudah siap!".
"Tapi nak, kami tidak bisa melakukan proses persalinan di sini. Soalnya kondisi ketuban yang sudah pecah. nanti saya buat surat rujukan ke RS Pemerintah."
Kamipun pasrah dengan saran dari sang bidan. Sembari Bidan menyiapkan surat - surat rujukan, kami kembali menelpon satu persatu keluarga dan konfirmasi ulang, bahwa istri akan segera melahirkan. Termasuk konfirmasi ke kantor dan memasang ikembali status "menanti detik - detik kelahiran putera tercinta" di laman fb. Mudah - mudahan kali ini
falid, malu berat kalau sampai batal lagi statusnya.
Surat - surat rujukan sudah siap dan kami segera berpamitan. Sang bidan memeluk istri dengan penuh cinta,
"semoga anak dan ibunya selamat ya Nak.." Terlihat sedikit ada kaca - kaca air yang tertahan di mata sang bidan. kamipun beranjak keluar ruangan.
"Oh ya dek, tunggu sebentar ya.. ada yang ketinggalan!" Kataku kepada Istri.
"Iya mas.."
Akupun kembali memasuki ruangan bidan untuk mengambil hp yang tertinggal di dalam.
"Maaf bu, hp tertinggal."
"Oh ya silakan, Oh ya nak, kemari sebentar. Kemungkinan besar, istri nak Dody akan dioperasi cesar untuk proses kelahirannya, mengingat berat badan bayi yang besar dan tinggi badan istri nak Dody tidak memenuhi syarat untuk melahirkan normal. Itulah sebabnya saya nggak berani proses persalinan di sini. tak apa Nak, Insya Allah berjalan lancar semuanya." Nada lembut itu benar - benar menembus relung hatiku.
Mendengar hal tersebut, aku hanya bisa pasrah, hanya mengharap kebaikan dari Allah di setiap saat.
Kamipun berpamitan kembali perjalanan kerumah kali ini benar - benar berpadu antara kebahagiaan dan kecemasan.
Yaa Allah berilah kebaikan bagi kami... Selamatkan anak dan istri hamba ya Rabb... Aamiin...
(bersambung ke bagian 4: Selamat datang Dedek Sayang!)
Gambar ilustrasi: alfahmu.com
Like the Post? Do share with your Friends.