"males akh.. liqo sekarang gitu - gitu aja, nggak ada nyess - nyess nya gitu.. hambar!!"
"Daurah lagi - daurah lagi.. dikit - dikit kok daurah.."
"Mukhoyyam?? aduh - aduh.. kok mendadak meriang gini yah, ane izin yah!"
"Murabby sekarang beda ama zaman dulu.. Murabby sekarang pada sibuk sendiri, apalagi yang jadi aleg!"
"Afwan Akh, Ana Ada Acara (5A)".
Sering mendengar kalimat - kalimat ini kan? atau bahkan tidak jarang kalimat - kalimat itu justru keluar dari mulut kita sendiri
sebagai seorang mutarobby. Biasanya kalimat - kalimat ini hadir di kala semangat ini sedang berada di ambang bawah dari level semangat kita. Serasa ingin istirahat sejenak
gitu.. Atau bahkan terbesit untuk mundur dari barisan ini untuk selama - lamanya.
Capek.. Hal itu adalah sunnatullah di alam keimanan manusia yang kadang tinggi dan kadang turun, mengikuti irama fluktuasinya. Karena saya adalah hanya seorang mutarobby biasa
(yang kadang nakal), maka hal ini sangat bisa saya maklumi karena memang kadang
(bahkan sering) saya sendiri lebih sering terjangkit gejala ini.
Banyak faktor yang menyebabkan ini terjadi. Saya yakin gejala ini juga sedang mewabah di kalangan kita para mutarobby.
(Semoga keyakinan saya tidak terbukti). Ada yang memberi alasan karena kekecewaan kepada jamaah. Saya rasa inilah alasan yang paling sulit untuk dinetralkan dan paling susah dicari obatnya. Karena hubungannya dengan keyakinan dan hati. Maka agar tidak terjadi yang demikian, ada beberapa tips untuk kita semua, diantaranya: Budayakan tabayyun, hati - hati sumber informasi infalid, pupuk terus husnudzon kepada qiyadah dan jamaah, dan tentunya, liqo yang rajin! sembari kita terus berdoa agar senantiasa dikumpulkan bersama orang - orang yang baik dan Allah senantiasa menjaga jamaah ini agar senantiasa dalam rel kebaikan. Aamiin.
Kalau sudah terlanjur? Segera setelah kekecewaan itu datang, segera lakukan tabayun kepada pihak - pihak terkait. Dan pastikan kita mendapat klarifikasi dari pihak yang berkompeten memberi bayan atas permasalahan tersebut. Jangan pernah menelan mentah - mentah informasi apapun apalagi dari media yang jelas - jelas mengumbar kebencian kepada kita. Tingkatkan silaturrahim kepada ikhwah dan ustadz untuk memberishkan hati kita. Mengelola kekecewaan itu memang susah. Tapi yakinlah, kekecewaan itu adalah tanda cinta, namun jika tidak dikelola dengan baik, ia akan berujung kepada sakit hati yang mendalam.
Jika pada suatu saat, kekecewaan ini berujung pada keputusan untuk berada di luar barisan ini, pastikan kekecewaan kita tidak berujung kepada putusnya silaturrahim pada saudara - saudara seiman kita. dan yang terpenting, janganlah kekecewaan ini membuat kita menjadi hina dengan senantiasa meng-ghibah dan membuka aib saudara sendiri.
Na'udzubillah min dzalik. Jika memang kita ditakdirkan menjadi daun yang gugur, pastikan kita menjadi pupuk yang menumbuhkan pohonnya. Sulit memang. Semoga saja bisa! Tentu saja tidak ada yang berharap jadi daun yang gugur kan?
Sebab yang lain adalah Sakit Hati kepada sesama ikhwah. Hal ini terjadi karena intensitas interaksi yang tinggi, yang kadang - kadang, gesekan itu muncul di antara kita. Kadang ada ucapan, tingkah laku atau sikap sebagian kita yang kita anggap biasa - biasa saja, namun di salah satu sudut hati seseorang, hal itu justeru meninggalkan luka yang teramat dalam. Sakit. Namun kadang, ia tidak menampakkannya kepada yang lain. Sehingga tidak ada yang sadar, bahwa ada satu atau beberapa hati yang terluka karena ucapan atau tingkah laku kita. Tidak ada yang tahu. Hal tersebut baru terdeteksi setelah secara bertahap mulai ada wajah yang menghilang dari 'sekitar' kita. Jika hal tersebut terjadi, janganlah buru - buru kita mengeluarkan fonis bahwa ia sedang futur, malas, kader letoy, kader pembangakang, dan sebutan sebutan lain.
Husnudzhon lah pada sesama. Solusinya, kita sebagai sesama mutarobby, jika ada satu atau dua teman kita yang tiba - tiba 'menghilang' dari pandangan kita, segera silaturrahimi, beri ia cinta, dan bersihkan luka dalam hatinya. Sembari, bangun ukhuwah itu kembali. Ya. solusinya adalah beri ia kenikmatan cinta dan ukhuwah. Setelah ia bercerita keluh kesahnya dan sakit hatinya, bersegeralah meminta maaf. Sekali lagi, berilah ia cinta!
Kalau posisi kita sebagai pihak yang sedang terluka hatinya karena ikhwah yang lain, silakan saja kita sakit hati. Toh hati tidak bisa dilarang jika ia sudah terlanjur sakit. Namun jangan lama - lama. Segera setelah kita meratapi sakit, bahkan menangis, kembalikan itu kepada Allah, kemudian, maafkan lah.. Melupakan? mungkin itu sulit. Lapangkanlah saja hati selapang lapangnya dengan cinta. Sulit memang. Tidak mudah. Tapi lebih sulit jika terus meratapi sakitnya hati kita. Perbanyaklah doa rabithah.
Tentu masih banyak penyebab - penyebab lain, yang menjadikan kita mengalami fluktuasi semangat. Oh iya, tulisan ini bukan kritik dan menyalahkan murabby, apa lagi kepada jamaah, atas apa yang terjadi pada kami para mutarobby. Jika kami sedang 'bermasalah', kami memiliki kewajiban menyelesaikannya sendiri, (atas taufiq dari Allah). Sebagaimana judulnya, kami para Mutarobby, akan berusaha mencari (sendiri) spirit kami yang hilang, tanpa menyalahkan siapapun, tentu atas bimbingan para murabby tercinta.
Catatan Sang Mutarabby adalah serial yang panjang dan akan diposting bersambung insya Allah. Sebagai bahan muhasabah bagi diri saya sendiri sebagai mutarobby yang nakal. Semoga Allah memberi taufiq. Aamiin.
Like the Post? Do share with your Friends.