Kisah ini ku tulis untuk istri tercintaku, Lily Azzahra
(nama pena Lia Sandhi Pratiwi) yang luar biasa pengorbanannya untuk keluarga dan selalu menjadi inspirasi di hari - hariku
(ciee..ciee.. mukanya merah ni ye..). Yang kedua untuk Mujahid pertamaku, kisah kisahmu ayah tulis nak! karena memang kelak, engkau tidak akan pernah mungkin bisa mengingat kisah-kisah indah di masa balitamu, bagaimana engkau dilahirkan dan bagaimana engkau menghabiskan masa kecilmu. Kisah ini ayah tulis untuk isnpirasi kita semua nak...! agar engkau bisa melihat dan memahami, jika ada banyak kesalahan dari kami orang tuamu dalam membesarkanmu, kami mohon maaf yang sebar - besarnya. Hanya ini yang kami bisa berikan untuk mu sayang...! Juga agar engkau bisa memahami, bahwa kami sangat mencintaimu!
"Saya terima nikahnya Lia Sandhi Pratiwi binti Subagyo dengan Mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar Rp....... dibayar tunai!".
Setahun setelah pernikahan, kata kata itu masih terngiang jelas di telinga.
Lebay yah? hehe, tapi memang begitulah romantisme pengantin baru. Setahun pernikahan kami belum mempunyai anak karena memang rencana kami, baru setelah satu tahun usia pernikahan, kami akan 'berikhtiar' mendapatkan seorang anak.
(ikhtiyarnya bagaimana tidak perlu diceritakan detail yah..! hehe..). Maka setahun setelah pernikahan adalah masa yang paling
dag dig dueer. Mendebarkan! setiap malam aku dan istri senentiasa berbincang rencana bagaimana nanti kalau sudah mempunyai seorang anak. Mulai nama, laki atau perempuan, dan lain sebagainya. Mulailah kami menyusun PROKER (Program Kerja) dalam rangkai mencapai tujuan tersebut.
Bulan pertama, setelah program dilaksanakan, kami senantiasa sabar menanti hasil.
"Mas.. Aku telat!" suatu hari Istriku memulai perbincangan.
"memangnya telat mau kemana adinda sayang..!" Jawabku.
"Ih mas, telat bulanan mas.." sahut Istriku.
"Hah..!? Yang benar? tunggu sebentar ya sayang!"
"Kemana mas..?"
Aku langsung mengambil motor kemudian ku jalankan dengan kecepatan agak tinggi. dalam perjalanan hatiku
dag dig dug deuerr tak karuan. Aku memiliki keyakinan kalau istriku pasti hamil, karena telah mengeluarkan tanda - tanda pertamanya: TELAT HAID. Aku hentikan motorku di salah satu apotek yang tidak jauh dari rumah.
"siang mbak, mau beli alat tes kehamilan!" kataku pada seorang penjaga apotek.
"Ini mas! harganya Rp..." aku lupa berapa harga tes pac pada saat itu.
Aku ambil dan bayar, setelah itu segera aku pulang menemui istriku.
"dari mana aja sih mas?" Tanya istriku.
"Iniloh..." jawabku sambil memberikan tes pac padanya.
"cepat di tes ya!"
"Iya..iya..." jawab istriku.
Seketika itu istriku masuk ke kamar mandi dengan membawa alat tes. Di luar kamar mandi, tepat di depan pintu aku berharap - harap cemas menantikan keluarnya istriku.
semenit di dalam kamar mandi kok terasa lama banget yah? Gumamku dalam hati.
"sudah belum dek?" tanyaku dari luar. namun tak ada jawaban.
beberapa detik kemudian, keluarlah istriku dengan ekspresi yang datar - datar saja. kemudian tersenyum.
"masih belum sayang..." jawabannya membuat kakiku lemes tak berdaya.
"ya sudah, memang belum waktunya ajah.." jawabku pasrah kepada keputusan Allah.
Bulan berikutnya datang juga. kali ini alat tes kehamilan sudah ku persiapkan jauh - jauh hari sebelum 'tanggal merah' istriku datang.
"Mas, telat nih!" Kali ini aku sudah paham maksudnya tanpa tanya telat kemana,
hehe.. sudah pengalaman. langsung saja kuambilkan tes pac dari lemari.
"Nih.. segera tes ya!" kuberikan tes pac kepada istriku.
"bukan telat ini. telat datang liqo mas..!" Oh ya liqo adalah kajian pekanan yang diikuti istri. jawabannya membuatku bengong sesaat. Istri malah senyum - senyum melihat ekspresiku.
"ayok mas antar!" jawabku.
Hmm... gak papa lah.. sabar! Gumamku dalam hati.
"Iya mas.. ini juga sudah waktunya haid tapi belum dateng kok!" kata - katanya seolah mengerti kegelisahanku.
Mataku kembali berbinar. hatiku kembali ke posisi
dag dig dug tanpa
dueerr. Tanpa berharap terlalu besar. Mengingat, ketentuan semua Allah yang atur. Hamil saat ini atau masih ditunda, ku kembalikan kepada Allah yang Maha Kuasa menentukan segalanya.
"Nanti setelah liqo segera tes ya!".
"OK Sayang!" Jawab istriku.
Malam harinya, setelah sholat maghrib istriku masuk ke kamar mandi dengan tujuan mengetes air seninya dengan tes pac. Dan ternyata....
"Belum mas.. Negatif.." Bilangnya dengan nada kurang bersemangat.
"Ndak apa apa kita maksimalkan ikhtiar, tambah lagi doanya ya!" Jawabku menghiburnya, dan menghibur hatiku yang juga sedang galau.
akhirnya kami kembali ke rutinitas seperti biasa, menunggu bulan depan dengan rasa harap yang besar. Dan kami menikmati itu.
Bersambung ke bagian 2 (Saat - saat awal kehamilan).
Insya Allah..
Like the Post? Do share with your Friends.