Di kala aktivitas dan amanah dakwah terasa semakin berat, maka oase yang bisa kembali menyegarkannya adalah
halaqoh tarbawiyyah. Di kala kelelahan dalam urusan dunia mendera, maka liqo adalah penawar lelah sekaligus pengingat urusan akherat. Itu teorinya. Realistasnya?
Kok senyum - senyum? Memang ada di kalangan kita yang merasa kehilangan tempat menimba semangat jiwa. Halaqoh yang ia impikan tempat menimba ilmu dan semangat, justru menjadi tempat paling menakutkan di setiap minggunya.
"Sudah hari Selasa lagi? duh.. liqo lagi -liqo lagi.."
"Oh iya, ntar malem liqo.. Duh.. mushaf mana mushaf? belum hafalan nih..!"
(Duuh masa mushaf sampe lupa naruh?)
"Hp mana yah..? Mau izin liqo.. Sedang sakit"
(Sakit panu ya?)
"Mudah - mudahan malam ini hujan dueress...ress..ress.."
(Aamiin.. walaupun hujan liqo tetep jalan brow)
Apa gerangan penyebab keringnya majelis kita? STOP menyalahkan murabby dan sistem kaderisasi. Sudah saatnya kita para mutarobbi memulai sebuah gerakan 'revolusi tarbawiyah'. gerakan ini dimulai dari muhasabah diri kita sendiri. Tagline kita "Mencari (sendiri) Spirit yang Hilang" kan?
Bisa jadi keringnya majelis kita, karena memang hati - hati kita yang juga kering ruhiyahnya.
hayoo? Kita cek saja masing - masing tilawah kita, sholat jamaah kita,
qiyamullail kita, doa pagi petang kita,
shoum kita, dan lain - lain! Bagaimana kabarnya amalan - amalan itu? Segera setelah muhasabah selesai, susun rencana untuk meningkatkan kualitas amaliyah kita tersebut. Kemudian, mari beramal! Basahi hati dengan kesejukan ruhiyyah sehingga membersamai kesejukan majlis kita. Jika semua mutarobbi telah basah hatinya oleh ketaatan kepada Allah. Lihat apa yang terjadi, sekering apapun kata - kata murabbi, ia menjadi sejuk ketika memasuki hati kita yang sejuk. Jika majelis di rasa monoton, maka di tangan mutarobbi yang basah ruhnya oleh keimanan, majelis itu bisa hidup dengan diskusi - diskusinya yang membangun, dengan canda - canda penuh keakraban, dengan curhat - curhat yang menggugah jiwa. Sekarang, sekali lagi, sudah waktunya kita para mutarobbi yang harus 'mengambil alih' ruh majlis jika majelis terasa kering.
Adakalanya suatu masa, terbesit dalam hati kita, bahwa kata - kata indah dan taujih dari murabbi tidak berasa menggetarkan hati sehingga terasa kering di hati.
hmmm.. Apakah ini karena murabbi yang salah? Tunggu dulu! Mari mengingat kembali 2 filosofi berikut ini! Gelas bisa bisa terisi air jikalau posisinya berada lebih rendah dari wadah yang menuangkan air. Atau filosofi tentang air yang dituangkan ke tanah dan batu, mana yang bisa meresap dan menyuburkan? Mari kita sekali lagi mengintrospeksi diri, bagaimana kondisi hati kita. Adakah hati kita pernah timbul perkataan seperti ini?
"materi - materi yang disampaikan murabbi, sudah pernah semua, sampe ngapal ane!"
"murabbi kita yang sekarang kafaah syariahnya kurang! kurang sreg ane!"
"dalam hal ini, ane lebih paham dari murabbi"
Pernahkah kalimat kesombongan terbesit dalam hati kita? Atau mungkin hati kita sudah mengeras karena banyak maksiyat sehingga mental semua nasehat dan taujih dari murabbi? kesombongan dan kerasnya hati adalah 2 penyakit berbahaya bagi kita mutarobbi.
Jika Ya, maka solusinya adalah kita bertaubat dan bersihkan hati kita dari kesombongan sekecil apapun. Kemudian, perubahannya ada di mindset. Cara berpikir. Kalau kita datang halaqoh selama ini hanya untuk mendapatkan materi kajian, maka sering akan terjadi dalam hati kita,
"sudah tahu ane materi ini!" atau
"materi ini lagi, sudah hapal!"
Motivasi ini harus diubah. Ingatlah janji Allah kepada orang yang pergi menuntut ilmu! Ingat besarnya kemuliaan majelis ilmu! Ingatlah sayap malaikat yang menaungi majelis ilmu seraya ia mendoakan orang - orang di dalamnya. Ingatlah kebaikan - kebaikan yang terus mengalir dalam majelis tersebut. Kalau Allah dan berharap keberkahan majelis Ilmu motivasinya, apapun materi kajiannya, berapapun ia diulang, tak menjadi masalah. majelis itu akan terasa nikmat insya Allah.
Toh halaqoh bukan hanya berisi majelis ilmu bukan?
Mari menasehati diri sediri wahai ikhwah, kesombongan adalah awal mula Iblis mengalami kemalangan besar dalam sejarah peradaban mereka. Hal tersebut juga akan berlaku pada manusia, dan Iblis sudah berjanji untuk terus mewariskan kesombongan dalam diri manusia, hingga sampai - sampai manusia itu tidak sadar ada kesombongan bercokol dalam hatinya.
"kalau nggak murobbi A ane nggak mau liqo"
"murabbi A kurang paham masalah politik!"
"payah bacaan murabbi!"
"tanpa liqo pun ane bisa lebih baik dari yang lain!"
Masih adalahkah kalimat semacam ini di hati kita wahai ikhwah?
Gerakan 'revolusi tarbawiyah' oleh mutarabbi ini dimuali dengan mengisinya dengan keikhlasan kemudian membersihkannya dari kesombongan.
Revolusi ini adalah untuk merevolusi diri sendiri wahai ikhwah!
Sudah siap?
Wallahu a'lam bis showab
Blitar, 28 Maret 2015
sumber gambar ilustrasi: google
Like the Post? Do share with your Friends.