Salah satu jargon kampanye presiden Joko widodo yang cukup terkenal adalah yang sering kita sebut sebagai Revolusi Mental. Ide yang cukup menarik, karena memang dilatarbelakangi oleh kondisi mental bangsa Indonesia yang masih perlu untuk direvolusi. Sungguh, ini adalah ide dan wacana yang sangat sangat superr sekali.
(Mario Teguh mode on). Penulis membayangkan, jika teori ini sanggup diimplementasikan, hasilnya tentu sangat luar biasa bagus untuk Indonesia di masa depan.
Tulisan ini muncul didasari oleh sedikit kekecewaan setelah melihat Pak Jokowi memimpin negeri ini. Karena, Teori Revolusi Mental yang beliau wacanakan, masih jauh panggang dari api,
(atau bahkan panggang tak ada api). Entahlah, ini teori yang terlalu melangit, atau kita yang terlalu membumi, atau kita yang terlalu pesimis? entahlah! yang jelas, teori Revolusi mental ini masih agak sulit untuk kita aplikasikan. Walaupun demikian, penulis tetap berhusnudzhon kepada Allah, Allah tetap akan memberi keberkahan kepada negeri ini, dan memberi kejayaan pada bangsa ini suatu hari nanti. selain itu, penulis juga berhusnudzon kepada Pak Jokowi, mengingat beban menjadi kepala negara memang sungguh berat, dan ditambah masa menjabat beliau yang masih relatif baru. penulis berdoa, semoga ke depan bangsa Indonesia sadar dan kemudian bangkit merevolusi mental mereka menjadi mental Indonesia yang besar.
Aamiin..
OK, kita tinggalkan konsep revolusi mental ala Pak Jokowi.
Oh, maaf bukan meninggalkan dalam arti membuang, teori ini akan tetap kita pakai. Kita akan melengkapinya dengan teori revolusi Akhlak. Ini sebenarnya yang lebih kita butuhkan. Ini kebutuhan mendesak. Tidak boleh ditunda. Indonesia mengalami krisis akhlak yang cukup kronis yang menyerang hampir di semua lini, kalangan dan usia. Ini yang harusnya kita revolusi terlebih dulu. Sejak lama, kita telah diinvasi dari segi pemikiran, namun sebagian besar kita tidak sadar. Hasilnya, bisa kita lihat manusia hasil kaderisasi dari teknologi, globalisasi, westernisasi, dan isasi - isasi lain yang merusak akhlak bangsa ini. Terutama generasi muda. Catat! terutama generasi muda! Bukan berarti penulis meminta untuk menolak isasi - isasi dari luar, tapi di sinilah pentingnya akhlak, ialah filter yang sanggup menyaring segala macam bentuk invasi pemikiran yang merusak.
"Sesungguhnya tidaklah aku diutus, keculai untuk memparipurnakan akhlak manusia", begitu kata Sang baginda Rasul. Akhlakul karimah. inilah misi gerakan revolusi kita. Kita mulai dari diri kita, saat ini, dan dengan hal - hal terkecil yang bisa kita lakukan. Berat memang, namun semua pasti bisa untuk melakukannya. Insya Allah!
mari perbaiki diri kita secara berkesinambungan. kemudian keluarga kita, kita didik anak istri kita dengan akhlakul karimah, bentengi mereka dari upaya penggerogotan akhlak. Sekali lagi mulai dari sini! Lingkungan terkecil kita. Jangan bicara merevolusi akhlak bangsa ini dalam skala besar, revolusi saja akhlak kita, keluarga kita. setelah itu lihat apa yang terjadi! Bagaimana, siapkah kita untuk gerakan ini?
bagaimana caranya?
Coba masing - masing dari kita mengamalkan ini:
1. Menjauhi yang subhat (apalagi yang haram)
2. Menjaga penglihatan (jangan jelalatan ya!)
3. jaga lidah (berkata yang baik, atau diam!)
4. Miliki sifat malu (tapi jangan malu-maluin!)
5. Lemah lembutlah dan sabar
6. Jujur dan selalu dalam koridor kebenaran
7. Rendah hati (jangan sombong ya!)
8. jauhi prasangka buruk
9. Pemurah (jangan pelit!)
Mulai dari diri kita, kemudian ajarkan ini pada keluarga kita!
Salam cinta untuk semua!
Like the Post? Do share with your Friends.