Iseng - iseng berselancar di dunia maya, ada salah satu tulisan warga kompasiana yang sempat menarik perhatian saya beberapa saat. Setelah membaca lengkap salah satu artikel, jujur saya penasaran dengan sosok penulis artikel ini. Mulailah saya buka Akun Sang penulis di kompasiana. Sekilas beliau terlihat sangat aktif menulis di kompasiana, setidaknya sampai akhir 2014. Dari artikel yang saya baca terlihat bahwa beliau adalah simpatisan PKS yang dulunya pernah menjadi salah satu aktivis di dalamnya. Yang menarik menurut saya, walaupun beliau telah memtuskan untuk keluar dari lingkaran tarbiyah, namun secara ide, pemahaman, dan pilihan beliau tetap berada dalam pusaran partai tersebut. hal tersebut terlihat dari tulisan - tulisan beliau yang sebagian besar berisi tanggapan terhadap isu - isu yang menerpa PKS beberapa tahun belakangan. Berikut saya ketengahkan salah satu tulisan beliau, semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran.. Aamiin..
Akibat (pernah) Gabung dengan PKS
Sebagai warga baru di kompasiana, perkenankan saya ikut berkontribusi dengan tulisan perdana saya ini. Sesuai judul saya diatas, tentu
akan ada pertanyaan, apa sih akibat yang telah saya dapatkan ketika
pernah gabung dengan PKS? yang masih membekas hingga detik ini? Saya
akan mulai dengan kisah singkat ya. Tepatnya sekitar tahun 1996, ketika
saya masih duduk dikelas satu aliyah, ada pentas seni yang membuat saya
dan beberapa teman dibentuk dalam satu grup oleh senior kami untuk
menyumbang salah satu pentas yaitu pentas Nasyid. Awalnya kami bingung,
apa itu nasyid??? Namun setelah beberapa kali latihan, kami jadi paham
kalau nasyid adalah senandung islami penuh makna. Sejak itulah saya jadi
tertarik dengan nasyid.
Beberapa minggu kemudian, kami
dikumpulkan kembali oleh senior kami yang memberi tahu bahwa akan ada
seorang mentor yang akan membimbing kami. Katanya, kami akan dibimbing
lebih dari sekedar nasyid. Pertemuan itupun tiba, dan saya perhatikan
sosok mentor tersebut cukup bersahaja. Awalnya, pertemuaan seminggu
sekali itu berjalan seperti biasa, hingga lambat laun beberapa teman
saya mengundurkan diri dan tersisa sedikit orang termasuk saya. Katanya,
beberapa teman yang mengundurkan diri merasa jenuh dan kurang cocok dan
ingin gabung ke kegiatan band aja (saya ngerti karena mereka cenderung
dalam seni musik). Sedangkan, pertemuan rutin itu lebih menekankan pada
pembinaan keislaman, yang belakangan dikenal dengan istilah Tarbiyah.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya semakin intens dan semangat
mengikuti tarbiyah. Pemahaman keislaman saya terasa semakin bertambah
dan saya jadi lebih bisa mengontrol dan menempatkan diri dalam pergaulan
dan lingkungan. Hingga menjelang tahun 1999 (tahun pemilu), saya ikut
menghadiri acara sosialisasi partai yang dibentuk oleh komunitas
tarbiyah ini yaitu Partai Keadilan (PK). Waktu itu sih, saya belum
begitu ngerti partai dan politik. Namun yang saya ingat, platform PK
adalah partai dakwah, yang artinya partai dan politik adalah salah satu
dari sekian banyak sarana dakwah untuk ummat (semoga teman-teman PKS
selalu ingat itu).
Keterlibatan saya dalam komunitas ini terus
berlanjut hingga saya di perguruan tinggi dan PK berubah nama menjadi
PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Selama itu pula saya aktif dalam
kegiatan kemahasiswaan, kajian maupun kepartaian. (Saya sempat
berandai-andai, Jika saja saya masih terus aktif di PKS hingga sekarang,
mungkin saya bisa dicalonin jadi caleg nih...hehehe...)
Namun
faktanya, saya sudah lama tidak terlibat di PKS maupun komunitas
tarbiyah lagi. Tepatnya menjelang akhir perkuliahan saya hingga
sekarang. Memang, saya akui, yang jelek dari saya adalah saya sengaja
mundur dengan begitu saja tanpa kabar apapun. Diawali dengan sudah
jarang aktif dalam pertemuan tarbiyah maupun kepartaian (dengan ini saya
mohon maaf pada pihak-pihak yang terlibat dengan saya dahulu).
Apa sebabnya saya mundur/keluar begitu saja? Yang jelas karena kelemahan
pribadi saya yang mudah jenuh, merasa diri kurang cocok dalam aktifitas
kepartaian, ditambah friksi/beda pendapat yang sering terjadi di kampus
kala itu antara pengikut PKS dengan pengikut komunitas diluar PKS.
Sehingga saya memutuskan melepas "baju" kepartaian menjadi "warga biasa"
saja tanpa dibebani dengan "embel-embel" tertentu. Ingin menjadi orang
yang "pertengahan", yang tidak terlalu ekstrim di salah satu pihak. Yang
lebih mengedepankan kebenaran tanpa terpaku dari siapa kebenaran itu
datang. Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Tholib RA: "Kenalilah
kebenaran, niscaya kau akan mengenal siapa saja yang mendukung
kebenaran."
Sekarang, saya sudah lebih disibukkan dengan
pekerjaan dan keluarga, sehingga menyita banyak waktu. Jika saja dulu
saya tidak pernah terlibat dalam tarbiyah PKS untuk mengenal islam
lebih dalam, dengan kondisi sekarang tentu saya sudah terbuai oleh
duniawi dan tidak bisa belajar untuk menjadi pribadi muslim yang
berusaha lurus dan kaffah (komprehensif).
Karena itulah, saya
bersyukur karena banyak akibat-akibat yang saya dapatkan selama dalam
tarbiyah PKS yang sampai sekarang membekas di diri saya, yang bisa jadi
pegangan saya. Akibat saya diajari ngaji Quran dan Hadits, akibat saya
diajari baca quran yang baik dan benar (istilahnya Tahsin Quran), akibat
saya di bina untuk menjadi pribadi muslim yang baik dengan berbagai
panduannya. Karena akibat semua itulah saya berusaha untuk selalu
men-sholehkan diri saya ini dan keluarga, sesuai dengan kemampuan saya,
insya Alloh.
Pesan saya untuk PKS:
1. Tetaplah
menjadikan Islam dan Dakwah menjadi panglima kalian. Kembalikanlah semua
permasalahan pada Quran, Hadits dan jumhur ulama.
2. Bekerjalah
dan berjuanglah dalam dunia politik. Namun, janganlah semuanya terlalu
fokus pada politik. Jadikan sebagian orang-orang yang berilmu diantara
kalian, sebagai pengingat dan pemberi nasehat bagi sebagian lainnya yang
sibuk berjuang di perpolitikan.
3. Apa yang sedang terjadi di
tubuh PKS berkaitan dengan dugaan kasus korupsi, jadikanlah sebagai
teguran dan bahan muhasabah. Serahkan semua urusan tersebut pada Allah
SWT dan pada hukum negara yang berlaku. Janganlah gelap mata. Katakan
Tidak Bersalah, jika memang nanti terbukti Tidak Bersalah. Katakan
Bersalah, jika memang nanti terbukti Bersalah. Saya yakin, selama PKS
tetap berada dalam Manhaj Quran dan Hadits, serta Dakwah sebagai
Panglima, maka persoalan apapun yang menimpa PKS tidak akan menjadikan
PKS lemah. Sudah menjadi Sunnatulloh bahwa dalam berjuang banyak onak
dan duri (baik dari internal maupun eksternal) yang harus dilewati.
4. Menyikapi sebagian golongan yang menghujat tanpa arah yang jelas,
maka bersabarlah. Berikanlah mereka hikmah dan nasehat yang baik, serta
perdebatan yang elok. Bisa jadi karena mereka belum tahu ataupun tidak
mau tahu (yang kedua ini yang agak berat ya....). Atau bisa jadi karena
saking cintanya dan besarnya harapan mereka pada PKS, sehingga ketika
PKS terduga "ternodai", mereka langsung kecewa. Padahal baru terduga dan
tersangka ya. Nanti kalau sudah jelas-jelas terbukti bersalah, barulah
silahkan kecewa tapi dengan bijak ya...Kalau hal itu sampai terbukti
terjadi, saya bisa termasuk golongan yang kecewa, tapi berusaha tetap
bijak....:)
5. Mengutip perkataan Hasan Al-Bana (pendiri
Ikhwanul Muslimin, yang di Indonesia direpresentasikan oleh PKS), beliau
pernah berkata: "Berapa banyak orang-orang di dalam kelompok kita,
tetapi mereka bukan bagian dari kita. Dan berapa banyak orang-orang
diluar dari kelompok kita, tetapi mereka bagian dari kita." (semoga
tidak salah ketik). So, selama kita berjalan di atas manhaj Rosululloh,
para sahabat dan para tabi'in, insya Alloh kita semua adalah ikhwah
(bersaudara), dimanapun kita berada dan apapun profesi kita.
Terakhir...Wahai PKS...Bekerjalah dan berjuanglah dengan ikhlas untuk
menolong agama Alloh, niscaya Alloh akan menolong kalian. Jadikan dunia
di tangan kalian, jangan jadikan dunia di hati kalian.
Insya Alloh, dukungan suara tetap pada kalian, selama belum ada yang lebih baik dari kalian.
I AM WATCHING YOU!!!....... Wassalamu'alaikum wr wb.
(Muchamad Sujarwanto)
Like the Post? Do share with your Friends.