Bismillah.. saya mulai tulisan ini dengan berharap semoga Allah membimbing hati dan fikiran ini agar selalu berada dalam jalan kebenaran. Semoga Allah menjaganya sehingga tidak ada satupun hati yang tersakiti setelah membaca tulisan ini. Aamiin.
Oke kita mulai..
Wahhabi, isu yang selalu hangat dan seolah tak pernah usang walau diterpa kerasnya perdebatan zaman. saya tidak sedang membahas tentang Syeikh Ibnu Abdul Wahhab dan ajarannya. Bukan kapasitas keilmuan saya membahas yang demikian. Siapalah saya yang tak berilmu ini. Di sini saya hanya seorang
Muqollid yang hanya bisa mengikuti pemahaman dari Guru saya, yang tentunya berbeda jauh dengan pemahaman teman - teman saya yang mengikuti ajaran dari Syeikh Ibnu Abdul Wahhab yang lebih familier disebut Wahabi. Mohon maaf jika tidak berkenan disebut Wahabi, hanya penyebutan agar mudah dipahami.
Semasa kuliah di salah satu kampus di kota X, pemahaman saya bisa dibilang lebih dekat dengan Wahabi walaupun secara jamaah, saya berada di jamaah 'tetangga sebelah'nya. Maklum, anak muda dengan semangat dan ego yang tinggi, minim ilmu tapi
sok tahu, berbeda dengan yang lain adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Karena merasa telah meniti jalan sunnah, maka yang berbeda dengan saya adalah kelompok yang telah menyimpang dari sunnah rasulullah saw dan jauh dari kebenaran.
Astaghfirullah..
Ini murni kesalahan saya secara pribadi, dalam kajian dan tulisan Wahhabi sebenarnya tidak pernah diajarkan berpemahaman seperti demikian. Tapi entah kenapa, semakin membumbung tinggi keyakinan saya bahwa saya telah berada di atas sunnah, maka semakin kuat keyakinan saya bahwa kelompok lain yang berbeda dengan jalan pemahaman saya, telah berada dalam kesesatan yang nyata.
Allah.... Jujur Inilah alasan pertama saya meninggalkan Wahhabi. Bukan salah mereka bisa jadi. Saya yang secara pribadi tidak kuasa menata hati agar tetap bersih, ketika berada di tengah - tengah mereka. Agak sulit bagi saya, menerima yang lain sama - sama benar, walaupun berbeda dengan saya. Sulit bagi saya membangun pemahaman, ketika di majelis disebutkan amalan ini bid'ah, amalan itu sesat, amalan tersebut menyalahi sunnah, sedangkan di sisi lain saya harus diam membenarkan teman - teman saya yang melakukan amalan - amalan tersebut. Entah kenapa, ketika ada teman yang melakukan sebuah amalan yang 'bid'ah' menurut saya pada saat itu, keinginan untuk bilang
'ini bid'ah akhi...' seolah tak terbendung. Mungkin anak muda
kali ya.. semangat. ego tinggi. Sok tahu pula.
Saya dulu tidak pernah berpikir, apakah yang dirasakan teman saya ketika saya bilang yang demikian kepadanya. yang penting menyampaikan, diterima atau tidak bukan urusan saya.
Astaghfirullah.. Berapa banyak orang yang sudah tersakiti hatinya dengan kata dan sikap saya dahulu? Demikiankah dakwah yang diajarkan oleh rasulullah saw? Adakah yang salah dari ajaran dan paham wahabi? tunggu dulu, itu nanti, yang jelas kegundahan itu dimulai dari sini.
Jauh sebelum menginjak bangku kuliah, saya adalah anak desa terpencil yang lugu, polos, rindu pada kebaikan, rindu ilmu, dan haus akan kajian kajian keislaman. Pernah beberapa tahun mengecap
ngaji di Pondok Pesantren Salafiyah selepas sekolah, yang tentu saja, sangat berbeda pemahamannya dengan apa yang saya dapat ketika berada di bangku kuliah. Saya tidak mau lebih jauh membahas perbedaan - perbedaan pahamnya, saya ingin menekankan, background saya yang sangat kental dengan Asy'ari dalam pemahaman aqidah, Syafi'iyyah dalam hal fiqih ubudiyyah, dan tasawwuf dalam akhlaq dan thoriqohnya.
Nah, ketika anak polos nan lugu ini menginjakkan kaki di kampus, saya menemukan 'islam' yang 'baru'.
wah sekali menurut saya pada saat itu. Doktrin itu tiba - tiba masuk dalam hati dan akal ini sehingga merombak pemahaman - pemahaman saya yang sudah saya bangun sedemikian lama.
Lambat laun, kesimpulan saya, selama ini saya telah melakukan amalan dan paham bid'ah yang tak tehitung banyaknya. teman - teman saya dulu, saudara, bahkan orang tua saya berada dalam pemahaman islam yang telah tercemar dengan kebid'ahan, kekhurofatan, dan kesesatan yang nyata.
Allah.. Dasar anak muda.
Tapi untung saya anaknya pendiam saat awal - awal kuliyah, jadi ketika pulang kapung, melihat amalan - amalan semacam tahlilan, sholawatan, dan semacamnya, hati ini hanya gemes tanpa berani berkomenta apa - apa. Hanya hati ini yang jadi korbannya. Saya merasa bangga memperlihatkan perbedaan - perbedaan dalam amaliyah saya dengan orang lain. saya
PD aja tidak qunut shubuh di saat yang lain qunut. Dengan PD nya saya menyentuhkan kaki saya ke sebelah untuk merapatkan shof sholat walaupun mereka masih risih. dan lain - lain sebagainya. Ada perasaan bangga
gitu, berbeda adalah sesuatu yang istimewa bagi saya pada saat itu.
"yang benar seperti saya ini lho sholatnya" bisik hati sering menghinggapi.
Astaghfirullah... Astahgfirullah... Pemahaman saya seperti itu bersemayam dalam jiwa hingga setelah menikah.
Hmm... disinilah titik saya harus berhenti sejenak dalam pencarian ilmu saya. Ternyata banyaknya ilmu tidak menjadikan saya semain takut kepada Allah.
Malah semain tinggi hati ini menyalahkan orang lain. Dalam perenungan saya yang dalam, saya bersyukur Allah telah mengirimkan rasa gelisah dalam dada ini. Sehingga saya menemukan celah besar dalam tangga saya untuk meniti ilmu Agama. Serasa saya melompati sebuah lompatan yang panjang yang seharusnya saya lalui dalam menapaki tangga keilmuan ini. Akhirnya, saya menemukan anak tangga yang hilang. Ya, itu ternyata adalah ilmu tentang akhlak. Kenapa harus akhlak dahulu sebelum ilmu syar'i? sudah tidak perlu saya jelaskan lagi, cerita panjang lebar di atas sudah menjelaskan semua, apa hasil jika ilmu tanpa akhlak.
Akhlak bermula dari hati yang bersih. "Tasawwuf" yang selama ini saya anggap sebuah ajaran menyesatkan, mulai saya lirik kembali. Kajian - kajian tasawwuf dari beberapa guru mulai saya dengarkan kembali. walaupun tidak bisa langsung, minimal youtube telah menjadi jalan saya memperoleh ketenangan jiwa.
Masya Allah.. Mulai dari tasawwuf inilah saya pelan perlahan menata akhlak. Mulai dari sini pula kegundahan ini muncul dan menjadi pembuka pemahaman - pemahaman yang selanjutnya. Kenapa tasawwuf sesat? apakah benar ini bid'ah? apakah benar salah? apakah - apakah inilah yang selanjutnya mengantarkan saya untuk kembali kepada Khithoh pemahaman saya beberapa tahun silam.. Wallahu a'lam..
(Insya Allah bersabung...)
Like the Post? Do share with your Friends.