Ya, aku mencintaimu karena Allah. Tak ada yang sanggup memaksaku untuk
mencintaimu. Begitu pula, tidak ada yang sanggup melarang untuk
menambatkan hatiku padamu. Di saat semua tabu berbicara tentang hal ini,
saksikan, saat ini aku berbicara tentang cinta!!
Ya, aku mencintaimu
karena Allah. Aku tak berharap berbalas cintaku. Aku tak berharap engkau
menyambut gayung rasaku. Yang kutahu aku sudah memutuskan untuk
mencintaimu. Dengan begitu aku akan terus mencintaimu. Kerja – kerja
cintaku akan terus mengalir di tengah ketidak sadaranmu. Di tengah
ketidak tahuanmu.
Sajak ini kutulis akhir tahun 2010, tepatnya dibulan November. Sajak ini kutulis dan kutujukan untuk seseorang yang akan mendampingiku kelak di suatu hari nanti. Tentu saja, pada saat kutulis sajak ini, aku belum tahu siapa orang yang dimaksud 'mu' dalam penggalan sajak tersebut. Yang jelas, firasat itu datang begitu saja, membisikkan sebuah berita, bahwa waktunya sudah hampir tiba.
Akhir tahun 2011, momen indah itu datang jua. Takdir Allah mengantarkanku menemui jodohku tepat satu tahun setelah sajak itu kutulis. Sajak itu telah menemukan sendiri jalannya kepada siapa ia harus berlabuh. Mungkin tidak perlu kuceritakan detail prosesnya, ini bukan cerpen atau novel. Mungkin lain waktu. Yang jelas, cara Allah dalam mempertemukan dua insan yang telah ditakdirkan dengan ikatan pernikahan, adalah melalui cara - cara yang sangat unik dan tentu di luar jangkaun nalar dan espektasi kita. Tentu saja aku tidak berdiam diri dengan hanya menunggu jodohku datang turun dari langit. Usaha dalam menjemput jodoh tetap dilakukan dalam bingkai syariat dan tidak melanggar aturan yang berlaku. Namun sekuat apapun usaha manusia, Kuasa Tuhan jua yang berlaku di alam raya ini. Ketika takdir itu datang, hanya bisa berucap,
"subhanallah..." Rencana Allah memang selalu lebih indah dari rencana dan keinginan manusia. Tidak heran jika banyak sahabat yang heran dan bertanya - tanya, kok bisa? kok bisa dapat
si fulanah?
Hehe, lha wong saya sendiri aja heran, apalagi anda?
Saya terima nikahnya Lia Sandhi Pratiwi..
Hmmm... Momen - momen itu mungkin tidak akan terlupakan. Terlalu syahdu. Terlalu indah. Karena tiba - tiba saja, kita yang tadinya sendiri menjalani hari - hari, tiba - tiba ada orang yang datang untuk menjadi teman dan menemani sepanjang hari kita. Ya. Dialah istri kita tercinta!
Kalau berbicara tentang istri, tentu tak ada habisnya. Saya memiliki sebuah keyakinan, bahwa makhluk yang paling indah yang pernah diciptakan oleh Allah di muka bumi ini adalah wanita sholehah.
Dan tentu, bagiku, dari sekian makhluk terindah yang ada di bumi ini, yang paling indah adalah istriku tercinta.
(hehe, gak boleh iri.. kan bagiku!.). Bersyukurlah wahai para suami yang mendapatkan istri sholehah, itulah harta paling indah yang dianugerahkan oleh Allah untuk anda. Ia juga adalah bidadari yang Allah siapkan sebagai pendamping anda di syurga kelak.
Tidakkah kita ingat hadits ini?
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya, sebaik-baik kalian yang paling baik terhadap istrinya.” (HR.
Ahmad 2/250, Abu Dawud : 4682, Tirmidzi : 1162 dengan sanad shohih)
Pengorbanan sang istri sungguh sangat luar biasa untuk orang yang dicintainya. Karena bagi seorang wanita, ketika ia sudah mencintai, pengorbanan apapun akan ia berikan. Itulah sebabnya mereka bersedia bertaruh nyawa saat melahirkan anaknya.
Maka dari itu wahai istriku,
Allah saja memuliakanmu, lantas kenapa diriku justru sering menyakiti dan merendahkanmu?
Pengorbananmu luar biasa dibandingkan diriku, lantas kenapa diriku justru sering berlaku egois terhadapmu?
Doamu adalah paling mustajabah untuk anak - anakku dibandingkan doaku, lantas kenapa diriku justru merasa lebih baik darimu?
Senyummu adalah yang membuka sempitnya rizkiku, lantas kenapa diriku sering membuatmu menangis dalam diammu?
Untuk Istriku tercinta, maaf kan jika selama ini sering melukai hatimu, yang jelas aku ingin dunia mengetahui bahwa aku mencintaimu..
Like the Post? Do share with your Friends.