Imam asy-Syafi’i terlahir dari orang tua saleh dan salehah. Keduanya sangat menjaga makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Ialah makanan yang bagus, halal, dan dipenuhi keberkahan. Alhasil, beliau tumbuh menjadi ulama yang madzhabnya diikuti oleh jutaan bahkan miliaran kaum Muslimin lintas generasi, seorang pembela sunnah, dan sosok ‘alim yang banyak menelurkan karya bermutu tinggi di berbagai bidang keilmuan.
Berikut di antara nasihat beliau bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kecerdasannya.
TIDAK MEMBICARAKAN KESIA-SIAAN
Di antara tanda baiknya Islam seseorang, tutur Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Maka sesuatu yang tidak bermanfaat itu meliputi perbuatan, makanan, bacaan, segala jenis aktivitas, dan juga perkataan.
Cukupkan diri dengan berkata baik, atau diamlah. Demikian itu salah satu sunnah yang mulia. Dalam sabdanya yang lain, Nabi juga menyebutkan bahwa lisan bisa menjadi sebab bagi seorang Muslim untuk masuk ke dalam surga atau neraka.
Maka menjaganya adalah keutamaan dan amal saleh berkepanjangan hingga ajal menjemput. Dan, amalan ini membutuhkan tenaga ekstra, ilmu yang mendalam, kesungguhan niat, dan pertolongan dari Allah Ta’ala.
Dengan menghindari bicara yang sia-sia pula, seseorang akan terbebas dari masalah-masalah kehidupan yang tak bermanfaat. Alhasil, seluruh waktunya dioptimalkan untuk melakukan kebaikan dan memperbaikinya. Inilah salah satu kunci dan tanda cerdasnya seseorang.
BERSIWAK (MENGGOSOK GIGI)
Islam sangat mencintai kebersihan. Allah Ta’ala juga Mahasuci dan mencintai kesucian. Maka mereka yang dekat dengan-Nya adalah yang paling suci jiwanya, cemerlang pikirannya dari keburukan, dan bersih badannya dari segala jenis najis dan hadats.
Sedangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah sosok yang paling baik dalam tiga bidang kesucian-jiwa, pikiran, dan fisik-ini.
Terkait fisik, misalnya, beliau menganjurkan umatnya untuk melakukan mandi, wudhu, istinja’, tayamum, dan lain sebagainya. Termasuk di dalamnya adalah amalan sunnah yang besar pahalanya, menggosok gigi.
Saking utama dan pentingnya menggosok gigi ini, Nabi pernah menyebutkan, jika tidak memberatkan beliau hendak menyuruh umatnya untuk menggosok gigi lima kali dalam sehari. Yaitu setiap hendak berwudhu untuk mendirikan shalat fardhu lima waktu dalam sehari.
Maka demikianlah itu sunnah yang utama. Di antara rahasianya, di dalam gigi yang sehat terdapat fisik yang sehat dan otak yang cemerlang.
BERGAUL DENGAN ORANG SALEH
Islam sangatlah peduli dengan para pemeluknya. Maka, di dalamnya ada sekian banyak petunjuk dalam berteman. Saking pentingnya, ada sebuah ajaran mulia yang menyebutkan; jika ingin mengetahui sifat atau sikap seseorang, bertanyalah atau perhatikanlah siapa temannya.
Di antara banyak nasihat terkait pertemanan itu, Nabi juga menganjurkan agar umatnya berteman dengan penjual minyak wangi supaya ikut tertulari wanginya, serta mengingatkan agar menghindari atau tidak terlalu akrab dengan pandai besi. Sebab darinya, seseorang bisa mendapatkan panasnya api atau hitam arangnya.
Itulah di antara pentingnya teman bergaul. Dan, orang saleh adalah yang dianjurkan untuk didekati. Saleh tidak selalu identik dengan pandai atau berpengetahuan. Tetapi lebih ditekankan pada kualitas kedekatan kepada Allah Ta’ala dan akhlaknya. Maka orang-orang saleh itu akan senantiasa memberikan inspirasi dan teladan kepada sahabatnya dalam setiap aspek kehidupan.
Orang-orang saleh itu, di antara cirinya, adalah ia yang membuat kita mengingat Allah Ta’ala saat bertemu dengannya, berbincang bersamanya, atau saat mengingat kebaikan-kebaikannya.
MEMULIAKAN ULAMA
Mereka inilah orang yang dipilih oleh Allah Ta’ala. Mulanya, mereka berilmu. Kemudian ilmu yang diberikan oleh-Nya ini membuat dirinya semakin takut kepada Allah Ta’ala. Ilmu inilah yang menyelamatkan di dunia dan menyejahterakan kelak di akhirat.
Pasalnya, amat banyak mereka yang berilmu, tetapi justru menjauhkan dirinya dari Allah Ta’ala. Bahkan, tak sedikit mereka yang berilmu itu menggunakan pengetahuan yang diberikan oleh Allah Ta’ala untuk menentang, mengakali, memanipulasi aturan-aturan-Nya agar sesuai dengan bisikan setan dan bujukan nafsunya.
Ulama-ulama inilah sosok yang hadirnya ditunggu, kalamnya menyejukkan hati, paras wajahnya menenteramkan, dan keberadaannya menjadi salah satu sebab diturunkannya rahmat Allah Ta’ala kepada suatu daerah atau komunitas.
Dan, bergaul dengannya, sebagaimana nasihat Imam asy-Syafi’i Radhiyallahu ‘anhu ini, adalah di antara sebab yang meningkatkan kecerdasan seorang hamba. Sebab kecerdasan sejati adalah sosok yang menyadari akan kepastian mati, kemudian bergegas mengumpulkan bekal sebanyak mungkin dengan kualitas terbaik untuk kehidupan setelahnya, akhirat yang abadi.
Like the Post? Do share with your Friends.