Sya’ban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu
menuju bulan Ramadhan. Siapa yang berupaya membiasakan diri
bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akan menuai
kesuksesan di bulan Ramadhan.
Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang
kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut
pendapat lain, Sya’ban berasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah
gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan
peristiwa yang sangat perlu diperhatikan oleh kaum muslimin. Dan pada
bulan ini juga ada beberapa amalan yang biasa dilakukan oleh para
Salafuna sholih untuk mempersiapkan dan melatih diri dengan memperbanyak
ibadah dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Diantara amalan tersebut
adalah :
1. Puasa
Puasa di bulan Sya’ban itu termasuk disunnahkan karena untuk melatih
agar nanti ketika Ramadhan tiba sudah terbiasa dengan puasa. Selain itu
bulan ini juga banyak dilalaikan oleh manusia sebagaimana yang
dijelaskan dalam beberapa hadits. Namun kita tidak perlu mengkhususkan
hari tertentu dari bulan Sya’ban untuk berpuasa karena tidak ada hadits
yang benar secara khusus menentukan hari tertentu untuk puasa.Yang ada
adalah riwayat yang menjelaskan anjuran puasa bulan Sya’ban secara umum.
2. Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban
Jumhur ulama berpendapat bahwa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban
hukumnya adalah sunnah baik dengan cara beribadah secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri dan kita boleh mengisinya dengan bermacam-macam
ibadah seperti puasa, sholat dan lain sebagainya. Dan itulah yang
dilakukan para Ulama dalam menghidupkan malam Nishfu Sya’ban.
A. Keutamaan Bulan Sya’ban
Disebutkan dalam beberapa hadits Shohih tentang keutamaan Bulan Sya’ban yang sungguh sangat diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW.
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –
يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ
يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –
اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ
صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA beliau berkata : “Rasulullah SAW
biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau
pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak
pernah sama sekali melihat Rasulullah ShallAllohu ‘Alaihi Wasallam
berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku
pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada
berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
2. Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i
dan Imam Ibnu Khuzaimah dan beliau katakan hadits ini adalah shohih
عَنْ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, لَمْ
أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ, قَالَ
: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ,
وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ,
فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Dari Usamah bin Zaid berkata: Aku bertanya : Wahai Rasulullah, aku
tidak melihatmu berpuasa seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban
(karena seringnya), beliau menjawab: “Bulan itu adalah bulan yang
dilalaikan oleh banyak orang, yaitu antara Rojab dan Ramadhan, di bulan
itu diangkat amal-amal kepada Alloh Tuhan semesta alam, dan aku ingin
amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa”.
3. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim :
عَنْ عَائِشَةَ لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم– يَصُومُ
شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ
كُلَّهُ
Dari Sayyidah A’isyah ra beliau berkata : Rasulullah ShallAllohu
‘Alaihi Wasallam tidak biasa berpuasa satu bulan lebih banyak dari bulan
Sya’ban. Sesungguhnya Rasulullah SAW berpuasa pada bulan Sya’ban
seluruhnya.” (HR. Imam Bukhari no. 1970 dan Imam Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Imam Muslim menyebutkan riwayat dari Sayyidah ‘Aisyah radhiyAllohu ‘anha dengan sedikit berbeda.
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Nabi ShallAllohu ‘Alaihi Wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban
seluruhnya dan hanya sedikit saja hari-hari berbuka beliau di bulan
sya’ban” (HR. Imam Muslim no. 1156)
Dari Riwayat-riwayat tersebut di atas sungguh sangat jelas bahwa Nabi
Muhammad SAW sangat memperhatikan Bulan Sya’ban dengan berpuasa.
B. Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban
Tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban telah banyak hadits dari Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam
Ahmad Bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban beliau berkata hadits ini shohih
yaitu :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ فَقَالَ
أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ
فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ
شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ
شَعْرِ غَنَمِ كِلَبٍ
Dari Sayyidah Aisyah ra beliau berkata : “Aku kehilangan Rasulullah
SAW pada suatu malam,. Kemudian aku keluar dan aku menemukan beliau di
pemakaman Baqi’ Al-Ghorqod” maka beliau bersabda “Apakah engkau khawatir
Alloh dan Rasulnya akan menyia-nyiakanmu?” Kemudian aku berkata :
“Tidak wahai Rasulullah, sungguh aku telah mengira engkau telah
mendatangi sebagian isteri-isterimu”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda
“Sesungguhnya Alloh menyeru hambanya di malam Nishfu Sya’ban kemudian
mengampuninya dengan pengampunan yang lebih banyak dari bilangan bulu
domba Bani Kilab (maksudnya pengampunan yang sangat banyak)”. (HR. Imam
Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad Bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban
beliau berkata hadits ini shohih)
Domba Bani Kilab adalah gerombolan Domba terbanyak di Jazirah Arab di waktu itu.
2. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan Imam Baihaqi :
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: إِذَا
كَانَتْ لَيْلَةُ النِصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَ
صُوْمُوْا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ
الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ: أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ
لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ ! أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ ! أَلاَ مُبْتَلَى
فَأُعَافِيَهُ ! أَلاَ كَذَا… أَلاَ كَذَا… حَتَّى يَطْلُعَ الفَجْرُ
Dari Sayyidina Ali bin Abu Thalib bahwasanya Rasulullah bersabda,
“Apabila tiba malam Nishfu Sya’ban, shalatlah pada malam harinya dan
puasalah di siang harinya karena Alloh menyeru hambanya di saat
tenggelamnya matahari, lalu berfirman, ‘Adakah yang meminta ampun
kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya, Adakah yang meminta rizki
kepada-Ku, niscaya akan memberinya rizki, Adakah yang sakit, niscaya Aku
akan menyembuhkannya, Adakah yang demikian (maksudnya Alloh akan
mengkabul hajat hambanya yang memohon pada waktu itu)…. Adakah yang
demikian…. Sampai terbit fajar.”
3. Hadits yang diriwayatkan Imam Abu Nu’aim dan dikatakan shohih oleh
Imam Ibnu Hibban begitu juga Imam Thabrani berkata semua perowinya
adalah orang yang dapat dipercaya (Tsiqah) :
عَنْ مُعَاذٍ بِنْ جَبَلٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ، قَالَ يَطَّلِعُ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ
لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ,
إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Dari Sayyidina Mu’ad Bin Jabal, dari Nabi SAW beliau berkata : “Alloh
Tabaraka wa Ta’ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban,
lalu Alloh mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan
orang yang bermusuhan.”
4. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a. :
عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
إن الله ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو منافق.
Dari Abu Musa Al-asy’ari r.a. , dari Rasulullah SAW, beliau berkata :
“ Sesungguhnya Allah SWT melihat kepada hambaNya di malam nishfu Sya’ban
maka Allah SWT mengampuni semua makhlukNya kecuali orang yang
menyekutukan Allah atau orang munafik “
C. KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG MALAM NISHFU SYA’BAN
1. Al-Hafidz Ibnu Rojab Al-Hambali berkata dalam kitabnya Lathoiful Ma’arif hal 199 – 201 :
وليلة النصف من شعبان كان التابعون من أهل الشام كخالد بن معدان و مكحول
ولقمان بن عامر وغيرهم يعظمونها ويجتهدون فيها في العبادة ،وعنهم أخذ الناس
فضلها وتعظيمها ، … ((لطائف المعارف)) ص199-201
“Dan malan nishfu sya’ban adalah malam yang para tabi’in negara syam
seperti kholid bin Ma’dan, Makhul, Luqman Bin Amir dan yang lainnya
mereka mengagungkan malam Nishfu Sya’ban dan mereka bersungguh-sungguh
dalam beribadah di malam tersebut. Dan dari mereka lah umat islam
mengambil faham keutamaannya dan keagungannya.”
Dan ibnu hajar melanjutkan :
واختلف علماء أهل الشام في صفة إحيائها على قولين: أحدهما: أنه يستحب
إحياؤها جماعة في المسجد. كان خالد بن معدان ولقمان بن عامر وغيرهما يلبسون
فيها أحسن ثيابهم ويتبخرون ويكتحلون ويقومون في المسجد ليلتهم تلك.
ووافقهم إسحاق بن راهوية في ذلك وقال في قيامها في المساجد جماعة: ليس ذلك
ببدعة.
Ulama Syam berbeda pendapat dalam menghidupkan malam Nishfu Sya’ban :
Pendapat Pertama : Disunnahkan menghidupkannya secara berjamaah di
masjid. Dan para ulama tersebut di atas mereka mengenakan pakaian yang
paling bagus yang mereka miliki serta membakar kayu harum dan
menggunakan celak. Mereka melakukan sholat di masjid pada malam itu.
Dan pendapat ini di setujui oleh Ishaq Ibnu Rohawih dan beliau berkata
”Ini bukanlah sebuah bid’ah”
وقال الشافعي: بلغنا أن الدعاء يستجاب في خمس ليال: ليلة الجمعة، والعيدين، وأول رجب، ونصف شعبان
Berkata Imam Syafi’i : Telah sampai berita kepada kami bahwa doa akan
di Kabul di lima malam, malam jum’at, malam 2 hari raya, dan Awal Rajab
Dan Nifsu Sya’ban.
2. Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Tadzkirotul Khufadz juz 4 hal 1328
disaat menjelakan biografinya Ibnu Asyakir beliau katakana :
أبو القاسم بن عساكر، صاحب التصانيف ….قال ولده المحدِّث بهاء الدين
القاسم: كان أبي رحمه الله مواظباً على الجماعة والتلاوة، يَختم كل جمعة،
ويختم في رمضان كل يوم، ويعتكف في المنارة الشرقية – من جامع دمشق -،وكان
كثير النوافل والأذكار، ويُحيي ليلة النصف – من شعبان – والعيد بالصلاة
والذكر
“Ibnu Asyakir adalah seorang hafidz muhaddits Syam yang mempunyai
banyak karangan, berkata putra Ibnu Asyakir, yaitu Baha Uddin Al-Qosim
berkata “Ayahku (Ibnu Asyakir) selalu berjamaah serta membaca Al-Qur’an
dan hatam setiap jum’at dan setiap hari di bulan ramadhan dan selalu ber
i’tikaf di menara Asyarqiyah di Damaskus. Beliau selalu memperbanyak
sholat sunnah dan dzikir serta menghidupkan malam Nishfu sya’ban dan
malam ‘id dengan sholat dan dzikir .
3. Berkata Imam Ibnu Haj dalam kitabnya Al-Madkhol juz 1 hal 257 :
وبالجملة فهذه الليلة وإن لم تكن ليلة القدر فلها فضل عظيم وخير جسم،
وكان السلف رضي الله عنهم يعظّمونها ويشمّرون لها قبل إتيانها، فما تأتيهم
إلا وهم متأهّبون للقائها والقيام بحرمتها، على ما قد عُلم من احترامهم
للشعائر… ))
Fasl malam nishfu sya’ban Kesimpulannya “Malam Nishfu sya’ban
meskipun bukan malam lailatul qodar akan tetapi adalah malam yang
mempunyai keutamaan yang sangat agung dan kebaikan yang sangat banyak.
Ulama salaf mengagungkannya serta bersungguh-sungguh dalam menyambut
kedatangannnya. Dan tidak datang malam Nishfu sya’ban kepada mereka
kecuali mereka sudah siap menghidupkannya seperti yang telah diketahui
dari mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang mengagungkan syiar
Alloh
4. Berkata Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa nya, (Ibnu Taimiyah
adalah tokoh kebanggaan orang-orang yang mengingkari kegiatan di Malam
Nishfu Sya’ban). Ibnu Taimiyah berfatwa :
إذا صلى الإنسان ليلة النَّصف وحده أو في جماعة خاصة كما كان يفعل طوائف من المسلمين فهو : حسن. ((مجموع الفتاوى)) ج 23 ص131
“Apabila ada orang sholat di malam Nishfu Sya’ban dengan sendirian
atau berjama’ah sebagaimana yang dilakukan sebagian kaum muslimin itu
merupakan hal yang baik”.
وأما ليلة النصف فقد روي في فضلها أحاديث وآثار ،ونقل عن طائفة من السلف
أنهم كانوا يصلون فيها ، فصلاة الرجل فيها وحده قد تقدمه فيه سلف وله فيه
حجة فلا يُنْكَر مثل هذا ، أمَّا الصلاة جماعة فهذا مبني على قاعدة عامة في
الاجتماع على الطاعات والعبادات…
Beliau juga berkata dalam kitab yang sama hal 132 “Adapun keutamaan
malam Nishfu Sya’ban telah diriwayatkan dari hadits-hadits dan atsar
(perkataan para sahabat dan tabi’in) dan sejumlah dari ulama salaf
sesungguhnya mereka menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan sholat.
Adapun sholatnya seseorang dengan sendirian pada malam Nishfu Sya’ban
cara seperti itu telah dilakukan oleh ulama salaf dan dengan
hujjah-hujjah (dalil-dalil) yang jelas maka hal ini tidak boleh di
ingkari. Adapun sholat jamaah yang mereka lakukan di malam Nishfu
Sya’ban ini berdasarkan atas qoidah umum bahwa dianjurkan berkumpul
dalam melakukan ketaatan dan ibadah.
Ibnu Taymiyah menjelaskan dalam kitab Iqtidho Shirotol Mustaqim hal 266 :
ليلة النصف من شعبان. فقد روي في فضلها من الأحاديث المرفوعة والآثار ما
يقتضي: أنها ليلة مُفضَّلة. وأن من السلف من كان يخصّها بالصلاة فيها،
وصوم شهر شعبان قد جاءت فيه أحاديث صحيحة. ومن العلماء من السلف، من أهل
المدينة وغيرهم من الخلف: من أنكر فضلها، وطعن في الأحاديث الواردة فيها،
كحديث:{ إن الله يغفر فيها لأكثر من عدد شعر غنم بني كلب} وقال: لا فرق
بينها وبين غيرها. لكن الذي عليه كثير من أهل العلم؛ أو أكثرهم من أصحابنا
وغيرهم: على تفضيلها، وعليه يدل نص أحمد، لتعدد الأحاديث الواردة فيها، وما
يصدق ذلك من الآثار السلفيَّة، وقد روي بعض فضائلها في المسانيد والسنن.
وإن كان وضع فيها أشياء أُخر ))
Malam Nishfu sya’ban keutamaannya telah diriwayatkan dari banyak
hadits-hadits dan atsar (perkataan sahabat dan tabi’in) yang
kesimpulannya, “Malam Nishfu sya’ban adalah malam yang diutamakan”. Dan
sebagian ulama salaf ada yang mengkhususkannya dengan melakukan ibadah
sholat. Dan berpuasa di bulan Sya’ban telah diriwayatkan dari
hadits-hadits yang shohih. Ada sebagian ulama salaf dari penduduk kota
madinah dan juga sebagian ulama kholaf yang mengingkarinya dan berusaha
mencederai hadits-hadits yang menunjukan keutamaannya seperti hadits :
“Sesungguhnya Alloh mengampuni di malam Nishfu Sya’ban terhadap dosa
dengan pengampunan yang lebih banyak dari bulu domba bani kilab”.
Setelah Mereka yang mencederai hadits tersebut akhirnya mereka
berkata bahwa tidak ada perbedaan diantara bulan sya’ban dan bulan
lainnya. Akan tetapi kebanyakan ulama-ulama salaf telah mengutamakan
(menghidupkan) malam Nishfu Sya’ban sebagaimana nash riwayat yang jelas
dari Imam Ahmad karena banyaknya hadits-hadits yang menjelaskan tentang
keutamaannya dan juga karena banyaknya perkataan-perkataan dari para
ulama salaf yang tersebut dalam kitab musnad-musnad dan sunan-sunan.
Meskipun memang ada beberapa riwayat yang lain yang dipalsukan.”
Kesimpulan :
Bagi siapapun yang ingin menyampaikan kebenaran harus jujur dan
amanat karena ada ancaman hukuman berat dari Alloh SWT bagi
pengkhianat-pengkhianat. Ada sebagian kaum muslimin yang mendustakan
semua hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan Bulan Sya’ban dan
Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban. Sungguh dikhawatirkan mereka Akan
dihukum oleh Alloh karena telah berdusta atas Nabi Muhammad SAW.
Dan memang ada beberapa riwayat palsu tentang keutamaan menghidupkan
Malam Nishfu Sya’ban. Akan tetapi bagi orang yang takut kepada Alloh
SWT haruslah jujur, yang palsu harus dibuang akan tetapi jika ada
riwayat yang telah dianggap benar (shohih) oleh Ahli Hadits tidak ada
bagi kita kecuali menginshafi dan menerimanya. Bahkan jika seandainya
tidak ada riwayat yang benar dan hanya ada yang dhoif hal tersebut oleh
para ulama masih bisa digunakan untuk memacu amal baik dengan
syarat-syaratnya. Apalagi sudah terbukti ada beberapa ahli hadits yang
menghukumi keshohihanya.
Dan telah disebutkan perkataan sebagian dari ulama-ulama yang menyeru
untuk menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan dzikir sholat dan
lain-lain. Maka jika ada orang di akhir zaman ini yang dengan lantang
berkata bahwa ulama terdahulu tidak pernah menghimbau menghidupkan malam
Nishfu Sya’ban lalu mereka katakan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban
adalah bid’ah, maka orang tersebut adalah salah satu dari dua.
Pertama ; mereka adalah orang yang tidak mengetahui para ulama
salaf. Jika demikian adanya orang-orang tersebut tidak perlu di ikuti
karena sempitnya wawasan tentang ulama salaf. Bahkan Dia telah kurang
ajar kepada ulama terdahulu.
Kedua ; mereka telah mengetahui apa yang telah disebutkan oleh para
ulama salaf di atas hanya karena kecurangan mereka, mereka sembunyikan
kebenaran ini karena menuruti hawa nafsu. Dan kita pun tidak perlu
mengikuti orang yang mengikuti hawa nafsu.
Dan bagi kita adalah tidak ada pilihan lain kecuali “Mengikuti
ulama-ulama yang menghimbau dan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban”.
Cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban adalah dengan memperbanyak
amal-amal yang diajarkan oleh Rosulullah SAW seperti melakukan sholat
sunnah hajat, sholat sunnah tasbih, sholat sunnah witir atau dengan
bersholawat, berdzikir, beristighfar dan membaca Al-Qur’an atau membaca
ilmu yang menjadikan kita semakin dekat kepada Alloh SWT.
Wallohu a’lam Bishshowab
Like the Post? Do share with your Friends.