Bulan rajab, adalah salah satu bulan mulia dalam islam. Setiap tahunnya, sebagian besar umat muslim memperingati sebuah peristiwa agung dalam sejarah perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw. Ya, Isra' mi'raj. Tidak perlu kiranya kami menceritakan ulang apa yang sudah sering kita dengar dan kita baca. tak perlu juga kami membahas kontroversi boleh atau bid'ahnya memperingati peristiwa tersebut. Yang jelas, mengambil hikmah dari peristiwa tersebut bukan sesuatu yang bid'ah bukan? Jika umumnya tema yang menjadi pokok bahasan setiap kali momentum isro' mi'raj adalah tentang wajibnya sholat, kali ini kami mengetengahkan tema yang berbeda.
Kami sebagai
mutarobbi (murid), melihat ada sebuah episode menarik dalam peristiwa besar dan bersejarah ini. Juga, ada 2 tokoh yang menjadi tokoh utama dalam bahasan kali ini. Tentunya, kisah dan tokoh ini relevan dengan judul yang kami ketengahkan dalam tulisan ini. Kedua tokoh yang akan kita bicarakan dalam tema ini adalah Abu Bakkar Ash Siddiq dan Abu Jahal. Kenapa 2 tokoh ini? Ya, karena banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari 2 tokoh ini dalam kaitannya dengan kehidupan keberjamaahan kita. khususnya, kami sebagai seorang
mutarobbi.
......bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj memang tidak masuk di akalnya Abu Jahal. Tetapi, peristiwa tersebut masuk di akalnya Abu Bakar ash-Shiddiq r.a.. Abu Jahal bahkan menjadikan Isra’ Mi’raj sebagai senjata untuk menarik kembali orang-orang Quraisy dari keimanan Islam. Dan memang, sejumlah orang akhirnya keluar dari Islam, karena menganggap cerita Isra’ Mi’raj sebagai kebohongan dan tidak masuk akal.Tetapi, provokasi Abu Jahal dan beberapa tokoh kafir Quraisy tidak ‘mempan’ untuk membatalkan keimanan Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau cukup berlogika sederhana: Jika yang menyampaikan berita itu adalah Muhammad saw, pasti cerita itu benar adanya. Bahkan, lebih dari itu pun Abu Bakar ash-Shiddiq percaya....
Abu Bakkar dan Abu jahal, merupakan dua tokoh central dari 2 kutub yang berbeda. Sudah sering kita baca, bahkan banyak sekali buku dan kitab yang membahas keutamaan dan sirah Abu Bakkar Ash Shiddiq. Karena itu, untuk kali ini kita akan 'belajar' banyak kepada Abu Jahal. Tentu bukan belajar bagaimana menjadi seperti dia,
na'udzubillah, kita akan belajar dan melihat sosok dan sikapnya, agar kita tidak mengikuti langkah - langkahnya, yang ujung dari perjalanannya menuju ke neraka yang penuh kehinaan.
Siapa Abu Jahal? Perlu diketahui, Abu jahal masih dalam kerabat dekat Nabi saw. Ia adalah salah satu keluarga yang sangat tahu persis karakter Nabi saw. Ia Tahu bahwa Muhammad saw adalah manusia jujur yang tidak pernah sekalipun berkata dusta semenjak ia masih kecil. Karena itulah sebenarnya, ia yakin betul, bahwa Muhammad saw tidak mungkin berdusta dengan risalah yang Muhammad saw bawa. Semasa hidupnya, ketika ayat Al Quran turun, Abu Jahal adalah salah satu orang yang paling rajin datang di 'liqo'nya Rasulullah untuk mendengar setiap ayat yang turun. Ia hafal seluruh ayat yang turun selama ia hidup. Bahkan, ketika dakwah masih sembunyi - sembunyi, atau ketika ia harus keluar kota untuk urusan bisnis, setelah kembali ia segera menemui salah seorang sahabat untuk menanyakan apakah ada ayat yang turun selama kepergiannya. Atau kadang ia membayar seseorang untuk bisa menggantikannya hadir di halaqoh atau majelisnya Rasulullah saw.
hehe, semangat kita kalah sepertinya! Ada diantara kita yang
nggak pernah absen liqo selama hidupnya? atau ketika absen, ia menyesal dan sesegera bertanya pada sahabatnya tentang materi liqo? Atau meminta saudaranya untuk merekam materi dari sang murabbi ketika absen? Berapa ayat Al Quran yang kita hafal? Tapi kemudian yang menjadi pertanyaan, kenapa justru ia menjadi barisan terdepan dalam memusuhi dakwah Nabi saw? Itulah yang akan kita ambil hikmahnya. Kita tidak menginginkan disuatu masa, kita menjadi penentang dakwah paling depan, Padahal kita adalah orang yang paling rajin halaqohnya, paling semangat mencari ilmunya.
Ada apa dengan Abu Jahal? kenapa Ayat Al quran yang senantiasa ia dengarkan justru menjadikannya penentang islam nomor wahid? Apa yang menjadikan materi - materi halaqoh mingguan kita justru menjadikan kita penentang dakwah? begitu kira - kira analoginya.
hehe..
Pertama, Niat yang salah. Tujuan Abu Jahal anti absen dalam halaqoh dn majelisnya rasulullah adalah karena ia mencari - cari celah dan kesalahan untuk bisa menyerang balik kaum muslimin. Ia selalu mengharapkan ada ayat Al Quran turun yang bisa menjadi bahan olok - olok kepada kaum muslimin. Sayang beribu sayang, harapan tak kunjung datang, karena kesempurnaan Al Quran menjadikan kitab itu tanpa celah, bahkan di mata Abu Jahal sekalipun. Maka niat adalah faktor utama dalam kehidupan jamaah kita.
Wa bil khusus kita para mutarobbi. Bagaimana dengan niat kita? apa niat kita datang di setiap halaqoh rutin kita? Ilmu kah? atau Akhwat? atau keuntungan ekonomi? Jadi anggota DPR? Atau apa? Menjadi bahan evaluasi kita masing - masing, karena niat itu ada di dalam hati, maka tidak mungkin
kan murabbi me
mutaba'ahi niat kita setiap pekan?
Kedua, dengki dan kesombongan. Faktanya, Abu Jahal adalah salah satu pemimpin terpandang di kota Makkah. Jaringan bisnisnya menguasai seontero Makkah. Ketika ada kafilah hajji dari luar makkah, maka orang yang wajib dikunjungi adalah Abu Jahal. Inilah yang ditakutkan olehnya. Jika ia mengakui Muhammad sebagai Rasul, sama artinya menyerahkan kepemimpinan, pengaruh, pengikut, termasuk jaringan bisnis ke Muhammad saw. Kedengkian dan kesombongannya mengalahkan bisikan dan keyakinan dalam hatinya tentang kebenaran risalah dan apapun yang dibawa oleh 'al amiin'.
"bagaimana ceritanya, anak kemarin sore jadi pemimpin makkah, dan kita pembesar harus tunduk padanya!" begitu lah gambaran kedengkian dan kesombongan yang menguasai hatinya.
"Kader baru kemarin sore jadi ketua?", atau,
"mana mungkin kader lama macam kita dipimipn oleh kader karbitan seperti dia?" Mungkin begitulah analogi yang menggambarkan Abu jahal modern abad ini yang menyusup di barisan tarbiyah. Apakah ada?
wallahu a'lam! semoga Allah melindungi kita dari yang demikian.
Ketiga, Menggunjing. Sudah menjadi kebiasaan Abu jahal, setelah ia mendengar wahyu dari halaqoh dan majelisnya rasulullah, segera ia mengumpulkan pembesar - pembesar Quraisy untuk membahas dan menggunjingkan umat dan ajaran islam pada saat itu. Tidak jarang, pergunjingan itu menghasilkan sebuah rencana untuk menghancurkan dakwah Rasulullah saw.
Hmm... Sudahlah wahai ikhwah, tidak ada lagi forum penggunjing keburukan sesama ikhwah. Termasuk, menggunjing sesama muslim dari golongan manapun dia berasal. STOP! STOP! bukankah kita adalah umat yang cinta dengan kedamaian? Bukankah kita adalah muslim yang selamat hati, lisan, dan tingkah lakunya terhadap orang lain?
Mari, Isra' Mi;'raj adalah momen untuk membersihkan hati dari penyakit - penyakit di atas. Agar kita juga bisa bermi'raj 'menghadap' Allah dengan khusyu'..
Tulisan di atas bukan untuk memvonis orang lain. Tulisan ini adalah untuk memvonis diri sendiri, karena berkaitan dengan penyakit hati.. kami mohon maaf jika ada yang tersinggung dengan tulisan ini. sekali lagi bukan bermaksud menyinggung atau memvonis siapapun. ini adalah waktunya kita banyak - banyak mengevaluasi diri kita masing - masing. Terutama berkaitan dengan penyakit - penyakit hati.
Wallahu a'lam bis showab..
Like the Post? Do share with your Friends.