Hidup penuh berkah dan bahagia adalah idaman setiap manusia. Jalan untuk menuju ke sana pun sebenarnya sudah dituntun dan dipandu oleh Allah melalui Rasul-Nya yang mulia. Standart bahagia dan berkah pun sudah digariskan oleh sang pencipta alam raya ini. Maka, ketidak pahaman tentang konsep ini akan berdampak bervariasinya tingkah polah kita dalam memenuhi kebutuhan hidup kita sehari - hari. Ada yang memilih lurus sebagaimana intruksi Ilahi, ada yang memilih bengkok dengan janji kebahagiaan semu dan sementara. Ada juga yang yakin jalannya lurus sesuai intruksi, padahal hakikatnya bengkok dan menyimpang, atau tercampur antara lurus dan bengkoknya jalan.
Saya yakin kita tidak sedang berada di golongan mereka yang memilih jalan yang bengkok dan menyimpang dari kebenaran. Saya senantiasa berdoa semoga saya dan semuanya istiqomah dalam jalan lurus sebagaimana yang telah Tuhan jabarkan dalam kitab suci-Nya yang mulia. Namun demikian, mengevaluasi menjadi kewajiban kita di setiap saat agar potensi kontaminasi antara kebaikan dan keburukan dalam harta kita bisa kita deteksi dengan segera. Ada beberapa hal yang bisa kita evaluasi, apakah keberkahan telah membersamai harta dan kehidupan kita. Karena, ditengah kehati-hatian kita terhadap yang haram, sebagai manusia yang lemah, potensi ketergelinciran itu akan senantiasa ada. Bahkan tanpa sadar.
Pertama, Pernahkah kita mengalami, berapa banyakpun uang yang kita dapat, ia tidak bisa bertahan lama alias cepat habis? Atau, pernahkah kita tiba - tiba mendapatkan bonus atau naik gaji, tapi sama saja, habis tak berbekas sedangkan kebutuhan masih banyak yang belum terbeli? Jika harta kurang keberkahannya, ada saja jalan yang membuat uang tak bertahan lama tinggal di kantong kita. Ditambah, Allah menanamkan dalam hatinya rasa kurang dan tak pernah puas dengan apa yang didapat sekarang.
Kedua, Gagal
melulu. Pada nggak jalan. Pernahkah kita mengalaminya? Usaha A bangkrut. Jualan B rugi. Proyek C ditipu orang. rencana D terbengkalai. Kerja menjadi langganan PHK. Walaupun bukan faktor satu - satunya, namun ketika kita mengalami hal yang demikian, maka sepatutnya kita mengevaluasi kembali harta kita. Disamping evaluasi yang lain, terkait kemampuan, attitude, skill, dan lainnya.
Ketiga, banyak aktivitas tapi tidak menfaat. Contohnya, sudah belajar dan baca buku sekian lama, namun tak ada ilmu yang didapat. Sudah bekerja seharian namun tidak menghasilkan sesuai yang diharapkan. Jika sudah terjadi hal yang demikian, yuk evaluasi lagi diri kita masing - masing!
Keempat, waktu habis dengan kesia-siaan.
Katanya sibuk, tapi sebenarnya banyak masa dihabiskan dengan perkara yang sia-sia. Banyak main fesbuk, banyak melihat acara TV, banyak nongkrong dengan kawan, banyak main game, banyak bergosip. dan aktivitas sia - sia yang lain tak terasa berjam - jam sudah terlewat. Tapi ketika membaca Quran 5 menit sehari pun rasanya luama sekali. Solat pun di akhir waktu, nggak sampai lima menit pula. Berkahnya waktu itu contohnya ada pada ulama' kita. Pernah dengar kan berapa kali imam Syafi'i khatam Al Quran dalam sehari? atau berapa usia Imam nawawi dengan seabreg karya kitab yang ditulisnya? dan lain - lain. Kok bisa?
hmm.. karena sering kali, keberkahan itu dapat kita deteksi ketika kita sudah berkata
"Kok bisa?" dengan penuh keheranan. Tidak masuk akal memang. Contohnya, gaji sedikit tapi terasa cukup
aja, banyak jalan kemudahan yang tidak disangka-sangka. Usaha apapun mudah dan hasil. Bekerja sedikit hasilnya banyak. waktu sedikit tapi produktivitasnya tinggi. dan lain - lain.
Namun perlu dicatat, tidak selalu kemudahan dalam hal rizki menandakan berkah hidup kita, karena banyak orang - orang yang dari segi harta berkecukupan bahkan lebih, namun bersumber dari yang tidak halal dan tidak berkah. Tanda yang paling jelas yang bisa kita rasakan adalah, rasa cukup yang diberikan oleh Allah dengan apa yang kita dapat saat ini.
Qonaah kata orang.
Qonaah itu tidak bisa dicari dan dipelajari, ia ilham langsung dari Allah setelah apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang Allah perintahkan..
wallahu a'lam.
Kembali ke laptop! lalu bagaimana jika setelah evaluasi, ke empat hal tersebut terjadi pada kita?
pertama, periksa kembali sumber - sumber dan aktivitas kerja kita, apakah ada yang terkontaminasi dengan yang haram? disini bekalnya adalah ilmu tentang halal dan haram. Jika dirasa kurang dari segi ilmu, dapat berkonsultasi dengan para ulama atau ustadz yang berkopeten dibidangnya.
kedua, kondisi ibadah dan
amal yaumiyyah kita. Apakah hal itu berefek pada urusan rizki? buktikan saja! coba dievaluasi ibadah wajib kita. Sunnahnya? Adakah perkara haram yang masih dilakukan?
ketiga, sudahkah kita bersedekah atau berzakat? Dalam hal ini, Ada sebuah kisah. Ada seorang karyawan swasta mengeluh dan berkonsultasi kepada seorang ustadz, bahwa gaji yang diperolehnya setiap bulan sebenarnya banyak, namun selalu tidak cukup dan habis sebelum waktunya. Setelah berbincang beberapa lama, akhirnya sang ustadz mendapat sebuah kesimpulan dan memberikan usul kepada sang karyawan untuk tidak mengambil seluruh gaji bulanannya. Saran itu diterima oleh sang karyawan. Bulan pertama, ia menyisakan seperempat gajinya yang tidak ia ambil. Ternyata hasilnya sama, tetap habis sebelum waktunya. Bulan berikutnya, ia menyisakan sepertiga gajinya yang tidak ia ambil. Hasilnyapun sama. Tapi anehnya, gajinya malah bertahan sedikit lama dari biasanya. Menginjak bulan berikutnya, dengan keyakinan penuh, ia menyisakan setengah dari gajinya yang tidak ia ambil. Ternyata hasilnya, ajaib! gaji yang hanya setengah dari biasanya malah cukup untuk satu bulan, bahkan ada sisa. Setelah itu ia kembali kepada sang ustadz dan menceritakan pengalamannya. Nasehat sang Ustadz, "Ambil saja setengah dari gaji anda, dan sedekahkan setengahnya, karena sejatinya, yang setengah itulah milik anda, dan setengahnya hak orang lain!". Ajaib. Setelah bulan - bulan berikutnya ia mendapatkan pemasukan yang berlipat - lipat dari biasanya. Namun ada yang tetap, ia selalu menyisakan setengah dari apa yang ia dapat untuk disedekahkan!
Wallahu a'lam bish showab
catatan: hal ini bukan untuk menilai orang lain. Ini Renungan untuk diri kita masing - masing.. Terutama penulis!
Like the Post? Do share with your Friends.