Di tengah padatnya aktivitas kita, apapun profesi kita, jenuh dan lelah adalah salah satu penyakit yang kadang datang tak diundang, kemudian hilang tanpa kabar. Se-semangat apapun kita, kondisi hati saat ia sedang menurun, adalah pintu masuk utama penyakit ini. Nah, jika momentum ini datang, maka syukurilah. Karena inilah saatnya kita mengukur kualitas ke
mutarobian kita, bagaimana sikap kita dalam melalui masa - masa sulit ini. Cuti dari aktivitas tarbawi, hilang tanpa jejak, atau tetap bertahan dan bersabar di tengah kondisi lelah nan jenuh?
Langkah pertama yang harus kita lakukan, adalah mengidentifikasi diri kita masing - masing dulu, apakah kita sedang terjangkit penyakit jenuh atau tidak. Karena banyak dari kita sebenarnya terjangkit virus ini, namun sensor kita mengalami penurunan fungsi, sehingga kehadiran virus ini tidak terdeteksi. Efeknya adalah, kita menyalahkan murabbi, sistem, qiyadah, dan yang lainnya, atas menurunnya iman dan semangat kita. Padahal, otak dan hati kita sedang dipenuhi oleh virus jenuh dan lelah, yang menjadikan otak tidak bisa berpikir dengan jernih, dan hati kehilangan fungsi kendali atas amal - amal kita.
Setidaknya ada tiga indikator yang bisa kita lihat pada diri kita masing - masing. Sekali lagi, hanya untuk melihat diri kita masing - masing! Bukan menilai orang lain!
Pertama, kita sudah mulai menunda - nunda datang halaqoh tanpa udzur yang syar'i, atau dengan udzur yang diada - adakan.
Kedua, datang hanya sekedar datang, tanpa persiapan yang maksimal.
Yang ketiga, selama halaqoh, sibuk dengan HP kita masing - masing atau sibuk dengan urusan kita sendiri.
Jika ketiga indikator ini sudah mulai datang, maka kita perlu waspada terhadap diri kita masing - masing. STOP menyalahkan siapapun. Yang bertanggungjawab terhadap fenomena ini adalah diri kita masing - masing. Ketiga faktor ini lahir dari perasaan yang sudah mulai menganggap kurang penting agenda - agenda tarbawi kita. Terkesan menyepelekan. Jika virus ini dibiarkan, ia bisa menular ke anggota halaqoh yang lain. Dan jika sudah masif menjangkiti seluruh anggota halaqoh, maka halaqoh kita tinggal menunggu waktu menuju bubar barisan.
Sesaat setelah salah satu dari ketiga indikasi ini datang, lakukan hal - hal yang bisa menaikkan semangat kita kembali. Hidupkan mihrab kita di akhir malam yang sudah sekian lama kosong tanpa aktivitas. Hidupkan perpustakaan pribadi kita yang buku - bukunya sudah mulai penuh dengan debu. Buka kembali Al Quran kita setelah sekian lama ia tak tersentuh tangan kita. Dan, segera agendakan penyegaran jasmani dan pikiran dengan berwisata bersama sahabat atau keluarga. Tak perlu jauh dan menghabiskan banyak biaya. Yang penting pikiran dan hati kembali
fresh. Setelah itu, gunakan satu malam khusus untuk muhasabah dan mengevaluasi semua aktivitas kita. Tutup dengan taubat kepada Allah dan mohon agar dikaruniakan kembali semangat untuk terus bergerak. Dan bergerak. dan bergerak.
Jika jenuh dan lelah melanda, istirahatlah! Tapi jangan lama - lama!
Jika futur juga menghantui, futurlah! tapi jangan lama - lama!
Segeralah bangkit. Halaqoh tetap berjalan ada atau tiadanya kita. Datang atau tidak, tidak ada yang dirugikan kecuali kita..
So.. jangan serng - sering bolos ya!
Wallahu a'lam.
Like the Post? Do share with your Friends.