Dalam
kitab Risalah al Aqaid beliau mengatakan :
ونحن نعتقد انّ رأي السلف من السكوت و تفويض
علم هذه المعانى الى الله تبارك وتعالى اسلم و اولى بالاتّباع
“Kami berkeyakinan
bahwa pendapat salaf yaitu mendiamkan (tidak mengambil makna dzhahir/tekstual)
dan menyerahkan pengetahuan makna-makna ayat (mutasyabihat) ini kepada Allah ta’ala
adalah lebih selamat dan utama untuk diikuti.”
Dari sini terlihat jelas bahwa akidah beliau metodenya sama persis
dengan metode akidah Asy’ariyyah dan Maturudiyyah. Hal ini pun telah ditegaskan
oleh seorang tokoh besar Ikhwanul Muslimin periode pertama yakni Sa’id Hawa dalam kitab Jaulat fil Fiqhain : Al Kabir wal Akbar sebagai berikut :
انّ للمسلمين خلال العصور ائمّتهم فى
الاعتقاد وائمّتهم فى الفقه وائمّتهم فى التّصوّف والسّلوك الى الله عزّ وجلّ
وائمّتهم فى الاعتقاد كابى الحسن الاشعري وابى منصور الماتريدي
“Sesungguhnya
kaum muslimin sejak zaman dahulu memiliki imam mereka dalam aqidah, imam dalam
fiqih dan imam dalam tasawuf. Adapun imam dalam aqidah seperti Imam Abu Hasan Asy’ari
dan Imam Abu Mansur al Maturidi.”
Beliau juga mengatakan dalam kitab yang sama :
وسلمت الامّة فى
قضاياالعقائد الاثنين ابى الحسن الاشعري وابى منصور الماتريدي
“Umat Islam telah
menyerahkan urusan aqidahnya pada dua tokoh yaitu Imam Abu Hasan Al Asy’ari dan
Imam Abu Mansur Al Maturidi.”
Dalam Majalah “ al-Mujtama “
bilangan : 1370 yang keluar pada tanggal 25 Jumadil Akhir 1420 H atau
bertepatan dengan tanggal 5 Mei 1999 M, yang bertepatan acara berlalunya masa
70 tahun Ikhwanul Muslimin dalam berdakwah, tarbiyah dan berjihad, disebutkan
pada judul “ Keutamaan Dakwah Ikhwanul Muslimin “. Syaikh al-Qardhawi
mengeluarkan pandangannya terhadap dakwah Ikhwanul Muslimin dengan dua poin
penting, salah satu pointnya adalah tentang keterkaitan Ikhwanul Muslimin
dengan Asy’ariyyah. Syaikh al-Qardhawi mengatakan :
“Persangkaan
Ikhwanul Muslimin yang mengaku sebagai Asy’ariyyah, tidaklah mengurangi
kehormatan mereka, kerana umat Islam pada umumnya (mayoritas) adalah berakidah
Asy’ariyyah dan Maturudiyyah. Malikiyyah dan Syafi’iyyah adalah Asy’ariyyah,
Hanafiyyah adalah Maturudiyyah. Semua fakultas Agama di seluruh Negeri adalah
Asy’ariyyah dan Maturudiyyah, al-Azhar di Mesir, Zaitunah di Tunis, Qarwiyyin
di Maroko, Daiduban di Hindi dan selainnya dari sekolah-sekolah dan Fakultas
Agama. Seandainya
kami katakan “ As’ariyyah bukanlah Ahlus sunnah, maka sama saja kami menghukumi
sesat terhadap seluruh umat ini atau secara umumnya, maka kami akan jatuh pada
perpecahan yang kami anggap sebagai penyimpangan.“
Ini juga merupakan pengakuan Syaikh al-Qardhawi bahwa mayoritas
umat Muslim di seluruh belahan dunia ini adalah berakidahkan Asy’ariyyah dan
Maturudiyyah. Kemudian
al-Qardhawi melanjutkan :
“Siapakah
yang membawa panji pembelaan Ahlus sunnah dan tekun memerangi musuh Islam
sepanjang masa yang lalu kalau bukan ulama dari Asy’ariyyah dan Maturudiyyah
???
Semua ulama besar dan para imam kita adalah dari kalangan mereka; al-Baqilani,
al-Isfaraini, imamul Haramain al-Juwaini, Abu Hamid al-Ghazali, al-Fakhr
ar-Razi, al-Baidhawi, al-Aimidi, asy-Syahrastani, al-Baghdadi, Ibnu Abdissalam,
Ibnu Daqiqil Id, Ibnu Sayyydinnas, al-Balqini, al-Iraqi, an-Nawawi, ar-Rafi’i,
Ibnu Hajar al-Atsqalani dan as-Suyuthi. Dari Maroko ada imam ath-Thurthusyi,
al-Maziri, al-Baji, Ibnu Rusyd (datukku) dan Ibnul ‘Arabi al-Maliki, al-Qadhi
Iyadh, al-Qurthubi, asy-Syathibi dan lainnya. Dari kalangan Hanafiiyyah ada
imam al-Khurkhi, al-Jashshas, ad-Dabusi, as-Sarkhasi, as-Samarqandi, al-Kasani,
Ibnul Himam, Ibnu Nujaim, at-Tiftizani, al-Bazdawi dan lainnya.
Saudara kita yang mencaci asy’ariyyah secara serampangan, maka mereka adalah
salah dan ekstrem. Asy’riyyah adalah sebuah kelompok dari Ahlus sunnah al
Jama’ah, yang telah diridhai umat, karena mereka menjunjung al-Quran dan Sunnah
sebagai landasan, maka tidaklah membahayakan mereka sedikit kesalahan dalam
beberapa masalah, atau mereka memilih pendapat yang lemah atau salah, maka
mereka adalah manusia yang berijtihad lagi tidak ma’shum. Tidak akan ditemukan
suatu umat yang selamat dari kesalahan ketika berijtihad. Sama ada dalam
amsalah furu’ atau masalah usul. Semua pendapat bisa diterima dan bisa ditolak
kecuali ucapan Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam “.
Syaikh Jasim Al Muhalhil mengatakan,
“Pertama, para ulama mengakui
Asy’ariyah adalah kelompok yang paling dekat dengan Ahlus Sunnah dalam
memahami asma wa shifat.
Kedua, mayoritas ahli fikih setelah zaman imam empat madzhab adalah pengikut Asy’ariyah.
Ketiga, seorang ‘alim yang melakukan kesalahan adalah wajar dan manusiawi.
Keempat, sesungguhnya kesalahan yang dilakukan oleh ulama yang aktif dalam da’wah dan jihad tetaplah dianggap kesalahan.
Tetapi, kesalahan tersebut tidaklah disebut secara berlebihan dengan
menghapus jerih payah mereka dalam mencapai kebenaran, tetapi ia gagal
dan terhenti sampai pada pendapatnya.”
(Syaikh Jasim Al Muhalhil, Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan, hal. 47)
PECINTA MAULID NABI SAW
Dalam kitab Mudzakkarat ad Da’wah wa ad Da’iyyah beliau mengatakan
:
واذكر انّه كان من عادتنا ان
نخرج فى الذّكر مولد الرسول صلى الله عليه وسلّم بالموكب بعد الحضرة كلّ ليلة من
اوّل ربيع الاول الى الثانى عشر منه من منزل احد الاخوان
“Aku
ingatkan bahwa diantara tradisi kami adalah kami melaksanakan peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW di Maukib setelah hadhrah setiap malam mulai tanggal satu
hingga dua belas Rabi’ul Awal di salah satu rumah ikhwan.”
wallahu a'lam
Like the Post? Do share with your Friends.