Thabrani meriwayatkan dari Jabir Bin Samurah bahwa Rasulullah saw bersabda, “
Salah
seorang di antara kalian mendidik anaknya, itu lebih baik baginya dari
pada menyedekahkan setengah sha’ setiap hari kepada orang-orang miskin.”
Sahabat, seorang ibu adalah pendidik pertama dan utama untuk anak-anaknya, oleh karena itu, sebagai ibu kita perlu meng
upgrade diri tiap hari agar bisa mendidik anak-anak kita sesuai dengan zaman di mana mereka hidup.
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu,” demikian pesan Khalifah Kedua Umat Islam, Umar bin Khaththab. Pesan yang sungguh singkat dan mudah diingat.
Salah satu cara mendidik anak tentu saja melalui perantara lisan,
sayangnya… banyak orangtua khususnya ibu, yang belum memahami pentingnya
menjaga kata-kata di depan anak, karena dapat berpengaruh besar pada
perkembangan diri, psikologis, dan konsep diri anak.
Berikut ini, 8 hal yang sebaiknya tidak dikatakan kepada anak, terutama usia sampai dengan tujuh tahun:
1. Memberikan Pernyataan Negatif tentang Diri Anak
“Kamu anak yang pelit!”
“Kamu pemalas!”
“Kamu gendut!”
“Kamu nakal!”
Jenis pernyataan semacam itu dapat menyakiti perasaan anak-anak.
Mereka akan menjadi seperti yang orang tua mereka katakan. Sungguh
berbahaya, mengingat kata-kata seorang ibu bisa berarti doa untuk
anak-anaknya.
Sebaliknya, katakanlah
hal-hal positif
kepada anak. Jika anak menerima nilai buruk, jangan mengatakan, “Kamu
begitu bodoh!”; Katakan sesuatu yang lain. Sebagai contoh, katakanlah,
“Jika kamu belajar lebih baik, kamu akan mendapatkan nilai yang lebih
baik daripada ini karena kamu sebetulnya adalah anak pintar.” Bukankah
kata-kata seperti ini akan lebih menenangkan hati anak kita?
2. Jangan katakan “Jangan Ganggu, Ibu Sibuk!”
Hal ini tampaknya seperti hal yang normal. Seorang ibu sibuk memasak
di rumahnya. Atau ayah sibuk membaca berita menarik di koran. Atau
mungkin juga melanjutkan tugas yang dibawa dari kantor. Lalu ia mengunci
diri di kamarnya. Tiba-tiba anak datang dan meminta dia untuk sebuah
bantuan. Dalam situasi yang ketat, orang tua dapat berteriak pada anak
itu, “Jangan ganggu aku! Aku sibuk! ”
Menurut Suzette Haden Elgin PhD., penulis yang juga seorang pelatih
bela diri verbal dikutip dari parenting.com, bahwa jika orang tua
bertindak seperti itu, anak-anak mungkin merasa tidak berarti karena
jika mereka meminta sesuatu pada orang tua mereka, mereka akan
diberitahu untuk pergi.
Bayangkan Sahabat, Jika sikap seperti itu diterapkan pada
anak-anak kita, maka sampai mereka tumbuh dewasa, kemungkinan besar
mereka akan merasa tidak ada gunanya berbicara dengan orangtua.
Di sisi lain, Suzette menyarankan bahwa jika memang sedang
benar-benar sibuk, cobalah alihkan perhatian anak-anak untuk melakukan
kegiatan lain sebelum kita membantu mereka. Misalnya, jika mereka
meminta bantuan dalam melakukan pekerjaan rumah mereka dan kondisinya
kita sedang benar-benar sibuk, mintalah mereka untuk melakukan aktivitas
lain terlebih dahulu seperti menonton TV. Lalu kemudian, datanglah
kepada mereka untuk membantu, asalkan gangguan tersebut tidak terlalu
lama.
3. Jangan katakan “Jangan Menangis!”
Berurusan dengan anak-anak yang bertengkar dengan teman-teman mereka
atau merasa kecewa karena perlakuan tertentu harus dilakukan secara
bijaksana. Tidak perlu untuk memarahi atau meminta anak-anak anda untuk
tidak cengeng. Banyak anak yang mengalami hal tersebut, orang tua
mengatakan pada mereka, “Jangan cengeng!”, “Jangan sedih!”, “Jangan
takut!”
Menurut Debbie Glasser, seorang psikolog anak, mengatakan kata-kata
tersebut akan mengajarkan anak-anak bahwa perasaan sedih adalah sesuatu
hal yang tidak umum, bahwa menangis bukanlah hal yang baik, sedangkan
menangis sendiri merupakan ekspresi dari emosi tertentu yang setiap
manusia miliki.
Oleh karena itu, untuk menangani masalah ini, akan lebih baik untuk
meminta anak-anak menjelaskan apa yang membuat mereka sedih. Jika mereka
merasa diperlakukan tidak adil oleh teman-teman mereka, jelaskan pada
mereka bahwa perilaku teman-teman mereka adalah tidak baik.
Dengan memberikan mereka gambaran perasaan yang mereka rasakan, orang
tua telah memberikan mereka pelajaran empati. Anak-anak yang menangis
akan segera menghentikan atau setidaknya mengurangi tangisan mereka.
4. Jangan Membanding-bandingkan Anak
“Lihatlah kakakmu, dia bisa melakukannya dengan cepat. Mengapa kamu tidak bisa melakukannya juga?”
“Temanmu bisa menggambar dengan bagus, kenapa kamu tidak?”
“Dulu ketika kecil ibu bisa begini begitu, masa kamu tidak bisa?!”
Perbandingan hanya akan membuat anak anda merasa bingung dan menjadi
kurang percaya diri. Anak-anak bahkan mungkin membenci orang tua mereka
karena mereka selalu mendapatkan perlakuan buruk dari perbandingan
tersebut (terhadap kakak, adik, atau anak-anak lain), sedangkan
perkembangan setiap anak berbeda.
Daripada membandingkan anak-anak, ibu sebaiknya membantu untuk
menyelesaikan persoalannya. Misalnya, ketika anak mengalami masalah
mengenakan pakaian mereka sementara saudara mereka bisa melakukannya
lebih cepat, orang tua harus membantu mereka untuk melakukannya secara
benar.
5. Jangan katakan “Tunggu Ayah Pulang ya! Biarkan kamu dihukum ayah”
Ada kalanya seorang ibu berada di rumah bersama anak-anak mereka
tetapi tanpa ayahnya. Ketika anak-anak melakukan kesalahan, ibu tidak
segera memberitahu anak-anak tentang kesalahan yang mereka buat. Si ibu
hanya mengatakan, “Tunggu sampai ayahmu pulang.” Ini berarti menunggu
sampai ayahnya yang akan menghukum nanti.
Menunda
mengatakan kesalahan hanya akan memperburuk keadaan. Ada kemungkinan
bahwa ketika seorang ibu menceritakan kembali kesalahan yang dilakukan
anak-anak mereka, ibu malah membesar-besarkan sehingga anak-anak
menerima hukuman yang lebih dari seharusnya.
Ada kemungkinan juga orang tua menjadi lupa kesalahan anak-anak
mereka, sehingga kesalahan yang seharusnya dikoreksi terabaikan. Oleh
karena itu, akan lebih baik untuk tidak menunda dalam mengoreksi
kesalahan yang dilakukan anak-anak sebelum menjadi lupa sama sekali, dan
6. Jangan Terlalu mudah dan berlebihan memberi pujian
Rupanya, memberikan pujian dengan mudah juga bukan hal yang baik.
Memberikan pujian dengan mudah akan terkesan “murah”. Oleh karena itu
jika seorang anak melakukan sesuatu yang sederhana, tidak perlu memuji
dengan “Luar Biasa! Luar Biasa!” Karena anak secara alamiah akan
mengetahui hal-hal yang dia lakukan dengan biasa-biasa saja atau luar
biasa.
Yang perlu diperhatikan juga, pujilah sikap anak kita, dan
jangan memuji dirinya atau hasil perbuatannya. Sekiranya ia mendapat
hasil bagus di sekolah, pujilah “Alhamdulillaah, Ibu bangga dengan kerja
keras kamu sehingga kamu mendapat nilai baik!”
Jika kita memuji hasil yang dilakukan anak dan bukan
sikapnya, sangat mungkin anak kita akan berfokus pada hasil dan tidak
peduli dengan sikap/ karakter yang baik, misalnya… demi mendapat nilai
ujian bagus, anak akan rela mencontek atau bertanya pada teman ketika
ujian.
7. Jangan Katakan “Kamu Selalu…” atau “Kamu tidak pernah…”
Janganlah melontarkan kalimat dengan "Kamu
selalu...." atau "Kamu tidak pernah...". Memang, kata-kata ini kadang
refleks langsung terucap oleh orangtua, namun hindarilah penggunaan
kalimat ini.
"Hati-hati, kedua kata-kata itu ada makna di
dalamnya. Di dalam pernyataan "Kamu selalu..." dan "Kamu tidak pernah"
adalah label yang bisa melekat selamanya di dalam diri anak," ujar Jenn
Berman PhD, seorang psikoterapis.
Berman mengungkapkan, kedua
pernyataan yang kerap dilontarkan oleh orang tua ini akan membentuk
kepribadian anak. Anak-anak akan menjadi seperti apa yang dikatakan
terhadap dirinya. Bila orangtua mengatakan sang anak selalu lupa
menelepon ke rumah jika pulang terlambat, maka ia akan menjadi anak yang
tidak pernah menelepon ke rumah.
"Sebaliknya, bertanyalah
kepada anak tentang apa yang bisa orangtua lakukan untuk membantu dia
mengubah kebiasaannya. Misalnya, 'Ibu perhatikan kamu sering lupa
membawa pulang buku pelajaran ke rumah. Apa yang bisa Ibu bantu supaya
kamu ingat untuk membawa bukumu pulang?'. Pernyataan seperti itu akan
membuat anak merasa terbantu dan nyaman," jelas dr Berman.
8. Jangan katakan “Bukan begitu caranya, sini biar ibu saja!”
Pernyataan
lainnya yang harus kita hindari adalah "Bukan begitu caranya. Sini,
biar Ibu saja." Biasanya orangtua mengeluarkan pernyataan ini jika
mereka meminta anak membantu sebuah pekerjaan, namun anak tidak
melakukannya seperti yang dikehendaki. Dr Berman mengatakan, orang tua
harus menghindari pernyataan ini.
"Ini sebuah kesalahan, karena
ia (anak) menjadi tidak belajar bagaimana caranya. Daripada berkata
demikian, lebih baik ibu melakukan langkah kolaboratif dengan mengajak
anak melakukan pekerjaan itu bersama sambil ibu menjelaskan bagaimana
cara melakukannya," saran dr Berman.
sumber:
ummi online
Like the Post? Do share with your Friends.